Minggu, 29 Juni 2014

(Makalah) Hubungan Guru Dengan Masyarakat

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang mana dengan Taufiq dan Hidayah serta Inayah-Nya,Kami dapat menyelesaikan makalah Etika Profesi Keguruan yang sederhana  ini.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah SWT.,kepada Nabi Muhammad Saw,seluruh keluarganya, para sahabat,tabi’in,dan tabi’it-tabi’in, serta para pengikut setia Beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang HUBUNGAN GURU DENGAN MASYARAKATyang dirangkum dari beberapa sumber, dengan maksud agar memudahkan Mahasiswa dalam mempelajari materi Desain pembelajaran.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, bisa dijadikan sebagai pelajaran dan bermanfaat untuk kita semua, amin.


Bekasi, 30 Juni 2014


Penyusun





DAFTAR ISI
  
Kata pengantar................................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang................................................................................................... 1
B.     Tujuan................................................................................................................ 2
C.     Perumusan Masalah............................................................................................ 2
BAB II Pembahasan
A.    Pengertian Guru................................................................................................... 3
B.     Pengertian Masyarakat........................................................................................ 4
C.     Hubungan guru dengan masyarakat...................................................................... 6
D.    Manfaat hubungan guru dengan masyarakat.......................................................... 10
BAB III Kesimpulan............................................................................................................ 12
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Mohammad Noor Syam, dalam bukunya Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, mengemukakan bahwa hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifa korelatif, bahkan seperti telor dengan ayam. Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula.[1]
Menurut Pidarta (1999) bahwa suatu sekolah tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat. Sekolah tidak boleh merupakan masyarakat tersendiri yang tertutup terhadap masyarakat sekitar, ia tidak boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau tahu akan aspirasi–aspirasi masyarakat. Masyarakat menginginkan sekolah itu berdiri di daerahnya untuk meningkatkan perkembangan putra-putri mereka. Sekolah merupakan sistem terbuka terhadap lingkungannya termasuk masyarakat pendukungnya. Sebagai sistem terbuka sudah jelas ia tidak dapat mengisolasi diri sebab bila hal ini ia lakukan berarti ia menuju ke ambang kematian.
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk hubungan  komunikasi ekstern yang dilaksanakan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat merupakan kelompok individu–individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Dalam masyarakat terdapat lembaga-lembaga penyelenggaran pendidikan, lembaga keagamaan, kepramukaan, politik, sosial, olah raga, kesenian yang bergerak dalam usaha pendidikan. Dalam masyarakat juga terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati terhadap pendidikan di sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antarasekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personalia sekolah dengan masyarakat. Hal ini dipertegas Mulyasa (2003) bahwa Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu kepentingan sekolah dan kebutuhan masyarakat.

B.         Tujuan
Hubungan sekolah/guru harus terjalin secara harmonis mengingat tujuan pendidikan tidak akan tercapai hanya mengandalakan sekolah namun memerlukan kontrol dari masyarakat sebagai pengguna. Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.      Menyadarkan sekolah umumnya dan para guru khususnya bahwa sekolah adalah bagian dari masyarakat. Sehingga sekolah dan masyarakat terjadi kerjasama yang erat.
2.      Guru tidak bersifat apatis terhadap masyarakat di lingkungan sekolah khususnya dan masyarakan umumnya.
3.      Guru meningkatkan pemahamannya terhadap latar belakang masyarakat tempat dimana ia belajar.

C.     Rumusan masalah
Untuk memfokuskan makalah ini, maka kami buat makalah ini dengan rumusan masalah sebagai berikut:
A.    Pengertian guru
B.     Pengertian masyarakat
C.     Hubungan guru dengan masyarakat
D.    Manfaat hubungan guru dan masyarakat


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Guru
Menurut keputusan Menpan no.84/1993 guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwewenang untuk melaksanakan pendidikan dengan tugas utama mengajar peserta didik pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah termasuk Taman Kanak-Kanak atau membimbing peserta didik pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Menurut Muhibbin Syah, guru adalah: ”tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, kegiatan mengajar yang dilakukan guru tidak hanya beroriantasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi kecakapan yang berdimensi ranah rasa dan karsa” .
Dalam suasana pendidikan dan pengajaran terjalin interaksi antara siswa dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini sesungguhnya merupakan interaksi dua kepribadian yaitu kepribadian siswa sebagai anak yang belum dewasa dan sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan dengan guru yang telah memiliki kepribadian dewasa.
Menurut Nana Syaodih bahwa: ”guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan.Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak didik, dewasa secara psikologis, sosial dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah mampu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, juga telah mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya, mampu bersikap objektif”.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh sebab itu guru harus berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.

B. Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.[2] Bila dilihat dari konsep sosiologi masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan.[3]
Istilah masyarakat dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang (relatif) sama yang membuat waga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kesatuan (kelompok). Demikian pengartian tentang masyarakat yang diberikan para ahli. Meskipun banyak pengertian lain, tetapi pada dasarnya tidak terlalu banyak berbeda. yang jelas masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia, dimana di dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antarhubungan, dan antaraksi.
Secara kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk. Dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagai ragam kualitas dari mulai yang tidak berpendidikan sampai dengan yang berpendidikan tinggi. Sementara itu , dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan  nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berrencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis.[4]
Unsur-unsur pokok dalam suatu masyarakat menurut Fuad Ihsan, adalah:[5]
Ø Adanya unsur kelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu
Ø Mempunyai tujuan yang sama
Ø Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang ditaati bersama
Ø Mempunyai perasaan suka dan duka
Ø Mempunyai organisasi yang ditaati
Selain masyarakat umum, ada masyarakat yang terorganisasi. Adapun jenis-jenis masyarakat yang terorganisasi adalah sebagai berikut:[6]
1.      Civics (Kelompok kewargaan), yang termasuk kelompok ini misalnya Darma Wanita, LKMD, RW, RT.
2.      Cultural (Kelompok Budaya), yang termasuk kelompok ini misalnya seniman.
3.      Economics (kelompok ekonomi), yang termasuk kelompok ini bergerak di bidang usaha, misalnya industri, pedagang dan petani.
4.      Religius (Kelompok Ketuhanan), kelompok ini bergerak dalam bidang keagamaan.
5.      Wealfare (Kelompok Kesejahteraan), bergerak di bidang kesejahteraan atau sosial.
6.      Yout (kelompok Kepemudaan), bergerak di bidang kepemudaan.
7.      Profesional (kelompok ahli), bergerak di bidang keahlian masing-masing.

C. Hubungan Guru Dengan Masyarakat
Tidak bisa kita pungkiri bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah. Namun, pendidikan terjadi pula di lingkungan keluarga dan masyarakat. Masing-masing lingkungan bertanggungjawab melaksanakan perannya dalam pendidikan untuk mencapai suatu tujuan tanpa terpisah satu sama lain. Ketiganya adalah satu mata rantai yang tak terpisahkan dalam mencapi suatu tujuan pendidikan. Mereka secara tidak langsung telah menjalin kerjasama yang erat dalam pendidikan.
Kerjasama pendidikan yang dilakukan ketiga macam lingkungan ini, adalah:[7]
1.    Orang tua anak meletakan pendidikan dasar nilai-nilai moral dan agama sejak kelahirannya.
2.    Sekolah, mengajarkan berbagai materi pendidikan berupa ilmu dan keterampilan
3.    Masyarakat mengontrol, menyalurkan dan membina serta meningkatkannya. Karena masyarakat adalah pemakai atau the user
Seperti dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga tentu melakukan hubungan yang harmonis guna mencapai tujuan keluarga yang bahagia. Begitu pun sekolah, sebagai masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat harus menjalin hubungan yang baik antar keduanya guna mencapai tujuan secara bersama-sama. Dalam hal ini semua warga sekolah harus bisa membaur dengan masyarakat sekitar, terutama seorang guru yang merupakan panutan bagi seorang anak didik.
Dalam meningkatkan hubungan guru/sekolah dengan masyarakat terjamin baik dan berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Guru disamping mampu melakukan tugasnya masing-masing di sekolah, mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka. Seperti yang dikatakan oleh IIF Khoiru Ahmadi, dkk, bahwa  dalam pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 kompetensi guru meliputi kompetensi pedagigik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.[8]
Kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut ;
1.      Berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat
2.      Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
3.      Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku
4.      Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kenersamaan
Dari penjelasan kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru di atas, salah satunnya adalah mampu membaur dengan masyarakat dengan mengindahkan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari guru yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan sekolah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap sekolah, padahal sekolah dan masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Hubungan dengan masyarakat tidak saja dibina oleh guru tetapi juga dibina oleh personalia lain yang ada disekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Pidarta (1999) yang mengatakan bahwa selain guru, anggota staf yang lain seperti para pegawai, para petugas bimbingan dan konseling, petugas-petugas medis, dan bahkan juga pesuruh dapat melakukan hubungan dengan masyarakat, sebab mereka ini juga terlibat dalam pertemuan-pertemuan, pemecahan masalah, dan ketatausahaan hubungan dengan masyarakat. Namun yang lebih banyak menangani hal itu adalah guru sehingga guru-gurulah yang paling dituntut untuk memiliki kompetensi dan perilaku yang cocok dengan struktur sosial.
Kemampuan guru membawa diri baik di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap guru. Guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran dan menghargai pendapat mereka. Bila tidak mampu menampilkan diri dengan baik sangat mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Bertalian dengan hal itu Pidarta (1999) menegaskan bahwa keadaan seperti itu akan menimbukan cap kurang baik terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar. Oleh karena itu kewajiban sekolah untuk menegakkan wibawa guru di tengah masyarakat dengan terus menyesuaikan diri sambil ikut memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Perilaku guru dalam masyarakat dalam meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat, antara lain:
1. Membantu sekolah dalam melaksanakan tehnik-tehnik hubungan sekolah dengan masyarakat. Melalui :
a. Guru hendaknya selalu berpartisipasi di lembaga dan organisasi di masyarakat
 Bentuk partisipasi guru dalam masyarakat, adalah sebagai berikut:[9]
Ø  Mengadakan penyuluhan dan ceramah kepada masyarakat misalnya tentang agama, bahaya narkotika, pendidikan pemuda, dan pengenalan tentang pelaksanaan pendidikan di sekolah
Ø  Mengadakan bhakti sosial
Ø  Menjadi pengurus organisasi masyarakat
b. Guru hendaknya membantu memecahkan yang timbul dalam masyarakat.
2. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam masyarakat melalui penyesuain diri dengan adat istiadat masyarakat karena guru adalah tokoh milik masyarakat. Tingkah laku guru di sekolah dan di masyarakat menjadi panutan masyarakat. Pada posisi tersebut guru menjaga perilaku yang prima. Apabila masyarakat mengetahui bahwa guru-guru sekolah tertentu dapat dijadikan suri teladan di masyarakat, maka masyarakat akan percaya pada sekolah pada akhirnya masyarakat memberikan dukungan pada sekolah.
3. Guru harus melaksanakan kode etiknya, karena kode etik merupakan seperangkat aturan atau pedoman dalam melaksanakan tugas profesinya.
Penjelasan di atas menunjukkan betapa penting peran guru dalam hubungan sekolah dengan masyarakat. Terjalinnya hubungan yang harmonis antara sekolah-masyarakat membuka peluang adanya saling koordinasi dan pengawasan dalam proses belajar mengajar di sekolah dan keterlibatan bersama memajukan peserta didik. Guru diharapkan selalu berbuat yang terbaik sesuai harapan masyarakat yaitu terbinanya dan tercapainya mutu pendidikan anak-anak mereka.
Penciptaan suasana menantang harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Hanya sebagian kecil waktu yang dipergunakan oleh guru di sekolah dan sebagian besar ada di masyarakat. Agar pendidikan di luar ini terjalin dengan baik dengan apa yang dilakukan oleh guru di sekolah diperlukan kerjasama yang baik antara guru, orang tua dan masyarakat. Kewajiban guru mengadakan kontak hubungan dengan masyarakat merupakan bagian dan tugas guru dalam mendidik siswa dan mengembangkan profesinya sebagai guru. Sekolah adalah milik bersama antara warga sekolah itu sendiri, pemerintah dan masyarakat.
Dengan adanya perubahan paradigma pendidikan sekarang ini membuka peluang bagi masyarakat untuk dapat menilai sekolah dan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengawasan dan evaluasi yang dilakukan masyarakat baik secara perseorangan maupun kelompok yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung membawa konsekwensi bagi terciptanya kondisi kerja kearah yang lebih baik karena kelangsungan hidup sekolah sangat tergantung pula dari keterlibatan masyarakat sebagai unsur pendukung keberhasilan sekolah maka guru secara langsung terpengaruh dan berdampak pada kinerja guru sebab ketika guru menunjukkan kinerja yang tidak baik disuatu sekolah maka masyarakat tidak akan memberikan respon positif bagi kelangsungan sekolah tersebut. Apalagi guru selalu berada ditengah-tengah masyarakat segala tindak tanduknya akan selalu dicontoh dan diteladani dalam masyarakat.

D. Manfaat Hubungan Guru Dengan Masyarakat
Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang kontiniu dan proses saling memberi dan saling menerima serta membuat instrospeksi sekolah dan guru menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik. Hal ini dipertegas Pidarta (1999) yang menyatakan bahwa bila guru tidak mau belajar dan tidak mampu menampilkan diri sangat mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Keadaan ini seringkali menimbulkan cap kurang baik terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar.
Manfaat hubungan yang erat, selaras dan  saling menguntungkan antara guru dan masarakat secara terperinci adalah:[10]
Ø  Bagi sekolah/guru
1.      Sekolah mendapat masukan dalam penyempurnaan pendidikan/pengajaran.
2.      Memberikan pengalaman langsung dan praktis bagi siswa dalam berbagai hal
3.      Lebih mengenal lingkungan sosio-budaya masyarakat yang penting dalam kesatuan dan persatuan bangsa
4.      Mendekati masalah secara interdisipliner
5.      Mengerti dan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam masa pembangunan ini
6.      Terdorong untuk mengerti lebih dalam tentang berbagai segi masyarakat, maka ada motivasi mengadakan penelitian, untuk kepentingan berbagai pihak.
7.      Memanfaatkan nara sumber dari masyarakat
8.      Sekolah banyak menerima bantuan dari masyarakat, antara lain pemikiran, dana, sarana dan lain-lain.
9.      Memanfaatkan masyarakat sebagai laboratorium yang sesuai dengan keperluan siswa/mata pelajaran tertentu.
Ø  Bagi masyarakat
1.      Adanya bantuan tenaga terdidik pada bidangnya, ini ikut memperlancar pembangunan di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
2.      Masyarakat akan dapat secara terbuka menyatakan realita di masyarakat tersebut kepada para terdidik yang datang/ada di lingkungan masyarakat tersebut.
3.      Meningkatkan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang lebih maju terhadap program pemerintah di lingkungan masyarakat tersebut.
4.      Masyarakat akan lebih mengenal fungsi sekolah untuk pembangunan bagi mereka sehingga mereka ikut memiliki sekolah itu
5.      Masyarakat terdorong untuk makin maju dalam berbagai bidang kehidupannya, berkat kerjasama antara masyarakat dan sekolah.
  

BAB III
KESIMPULAN
Perilaku guru dalam masyarakat dalam meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat, antara lain:
1. Membantu sekolah dalam melaksanakan tehnik-tehnik hubungan sekolah dengan masyarakat.
2. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam masyarakat melalui penyesuain diri dengan adat istiadat masyarakat karena guru adalah tokoh milik masyarakat
3. Guru harus melaksanakan kode etiknya.



DAFTAR PUSTAKA

Ø  Mulyasa, 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ø  Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009.
Ø  Ihsan,Fuad , Dasar-Dasar Kependidikan,Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011.
Ø  Ahmadi,Iif Khoiru, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Prestasi Pustaka: Jakarta, 2011



[1] Mohammad Noor Syam. Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hlm 199
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
[3] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan,PT Rineka Cipta:Jakarta,2011,hlm.84.
[4] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, PT Raja Grapindo:Jakarta,2009,hlm 95.
[5] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan,PT Rineka Cipta:Jakarta,2011,hlm.93.
[6] Ibid, hlm. 95.
[7] Ibid, hlm.90.
[8] Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Prestasi Pustaka: Jakarta, 2011, hlm.237.
[9] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan,PT Rineka Cipta:Jakarta,2011,hlm.93.
[10] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan,PT Rineka Cipta:Jakarta,2011,hlm.105.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar