Jumat, 11 April 2014

(Makalah) Percaya Kepada Hari Akhir

PENDAHULUAN

Kata Pengantar

       Allah telah menetapkan bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara (fana) saja. Tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk manusia. Percaya pada hari akhir merupakan salah satu rukun iman, dan merupakan bagian utama dari beberapa bagian akidah. Dengan demikian wajib bagi kita untuk beriman pada hari akhir itu. Perlu diketahui juga bahwa iman kepada hari akhir itu sangat penting bagi kehidupan, karena kehidupan tidak kekal dan abadi. Yang abadi tanpa awal dan tanpa akhir hanya Allah SWT. Kefanaan semesta ini dapat disaksikan sehari-hari, bunga-bunga dan daun-daun yang subur pun menjadi layu dan jatuh. Begitu pula tubuh-tubuh yang segar dan kekar berubah menjadi lemah dan mati. Manusia pada akhirnya akan menemui wafatnya demikian pula Rasul dan Nabi yang mulia, sejak Nabi Adam As hingga Nabi Muhammad SAW, semua menemui wafatnya, pulang ke rahmatullah. Dalam Al Qur’an Allah berfirman : “ Kullu nafsin dzaaiqatul maut “ setiap yang bernafas pasti akan mati, tak ada yang kekal abadi, kecuali Allah SWT.

B.   Rumusan Masalah
Dewasa ini banyak dari kita yang lalai menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, termasuk kewajiban kita mengimani tentang adanya hari akhir. Banyak dari kita yang terlena dengan kehidupan duniawi dan melupakan kehidupan kekal akhirat. Lalu apakah yang dimaksud dengan iman kepada hari akhir? Apa makana kandungan ayat: surah al-Qaaf (50) ; 19-23, surah al-A’la (87); 14-17, surah al-Hadid (57); 20 ? Dan apa manfaat bagi kita jika mempercayai akan adanya hari akhir?

C.   Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi yang telah diberikan kepada kami. Disamping itu makalah ini juga bertujuan memberi pengetahuan kepada para pembaca yang budiman.

D. PEMBAHASAN

1.       Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
Hari akhir menurut bahasa adalah kehancuran atau kebangkitan. Sedangkan menurut istilah hari akhir adalah hari kehancuran alam semesta beserta seluruh isinya kemudian mausia akan dibangkitkan dari alam kuburnya untuk dimintai pertanggungjawaban atas semua amal perbuatannya selama didinuia.
Beriman kepada hari akhir termasuk rukun iman yang ke lima sehingga setiap muslim harus mempercayai akan datangnya hari akhir. Iman kepada hari akhir maksudnya adalah mempercayai dengan seluruh hati bahwa suatu saat alam semesta akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat yang akan kekal selamanya tanpa ada batas waktu akhirnya.
Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh alam semesta. Hari kiamat didahului dengan tanda-tanda seperti keluarnya Dajjal, Ya’juj Ma’jud, turunnya Nabi Isa AS, keluarnya hewan-hewan besar, muculnya matahari dari barat dan lain sebagainya.
Sesudah hari kiamat manusia dibangkitkan dari kematian dan mulai menjalani kehidupan baru di alam akhirat dengan fase sebagai berikut :
1.     Yaumul Ba’ats ( Hari Kebangkitan )
2.     Yaumul Mahsyar ( Hari Berkumpul di Padang Mahsyar )
3.     Yaumul Mizan ( Hari Pertimbangan Amal )
4.     Yaumul Jaza’ ( Hari Pembalasan )

2.      TAFISR SURAT QAAF AYAT 19-23

dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang  kamu selalu lari daripadanya. dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan Dia seorang  Malaikat penggiring dan seorang  Malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan dari padamu  tutup (yang  menutupi)  matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam.dan yang menyertai Dia berkata : " Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku”


            Di dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa ayat-ayat tersebut dikelompokkan bersamaan dalam ayat 16, 17, dan 18 surat Qaf yang menginformasikan bahwa Tuhan mengetahui sesuatu yang bergetar dan tergores dalam hati manusia, dan Tuhan secara rohaniah lebih dekat dengan manusia daripada urat lehernya. Pada ayat tersebut juga dijelaskan bahwa setiap amal perbuatan manusia senantiasa dicatat dua malaikat yang berada di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
Dari pengelompokkan tersebut dapat diketahui bahwa ayat 19 hingga 23 surat Qaf tersebut berhubungan dengan pembicaraan di sekitar niat, ucapan dan amal perbuatan manusia yang selalu dipantau oleh Allah melalui malaikat-Nya. Hasil pemantauan tersebut selanjutnya dapat diketahui secara obyektif di akhirat nanti.
            Al-Maraghi lebih lanjut mengatakan bahwa ayat yang berbunyi:
AYAT Maksudnya bahwa sakaratul maut yang pada umumnya manusia berusaha keras menghindarinya kini datang juga tanpa dapat dihindari lagi.
Hal demikian sejalan dengan pendapat Ibn Katsir yang mengatakan bahwa ayat dengan ayat tersebut Allah mengingatkan kepada manusia bahwa sakaratul maut itu akan datang dengan pasti, sehingga tidak ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun. Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan bahwa ketika maut datang menjemput Rasulullah SAW, beliau mengusap keringat dari wajahnya dan berkata; “subhanallah inna lil mauti lasakaratun”Mahasuci Allah, sesungguhnya sakaratul maut itu ada pada setiap orang yang akan meninggal.
            Selanjutnya ayat yang berbunyi AYAT maksudnya adalah bahwa pada saat sangkakala ditiup pada tiupan yang pertama, maka itulah masa yang keadaannya amat dahsyat, yaitu saat di mana Allah menjanjikan balasan siksa bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah.
Kemudian ayat yang berbunyi AYAT maksudnya adalah bahwa pada saat manusia datang menghadap Tuhannya disertai malaikat yang mengiringi (Saiq), dan malaikat yang menjadi saksi (syahid). Malaikat ini memberi kesaksian terhadap amal perbuatan yang dilakukan manusia selama masa hidupnya di dunia.
            Adapun ayat AYAT menginformasikan bahwa adanya malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia, kematian yang akan menjemputnya dan kehidupan akhirat yang akan dijalaninya sering dilupakan. Hal-hal yang dilupakan semasa hidup di dunia ini, pada saat itu tampak jelas terlihat dan disaksikan oleh mata kepalanya sendiri, dan kelupaan tersebut kini sudah tersingkap. Di hari akhirat nanti tidak ada lagi hal-hal yang dapat dilupakan.Hal ini disebabkan karena sifat lupa itu merupakan watak dari jasmani atau fisik.



3.      TAFSIR SURAT AL-A’LA AYAT 14-17

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang. tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”.


            Di dalam tafsir al-maraghi dijelaskan sebagai berikut aflaha artinya beruntung dan selamat dari siksaan di akhirat; tadzakka artinya bersih dari kotoran dosa yang disebabkan menentang kebenaran dan keras hati. Wadzakara asma rabbih artinya menyebutkan sifat-sifat Allah dalam hati, seperti tentang keagungan dan kehebatan-Nya. Sedangkan fa shalla artinya merendahkan dan menundukan dirinya terhadap segala perintah Allah.

            Jiwa yang bersih sebagaiman disebutkan pada ayat tersebut dapat dilakukan dengan keimanan kepada Allah serta menolak kenusyrikan, serta membenarkan terhadap segala yang dibawa oleh Rasulullah SAW disertai amal salih. Sedangkan menyebut nama Allah lalu mengerjakan shalat, maksudnya adalah menghadirkan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan Allah di dalam hati sanubari, kemudian patuh dan tunduk terhadap keagungan dan kehebatannya. Seseorang yang menyebut nama Tuhan-nya dan mengagungkannya di dalam hati, serta takut dari ancamannya kemudian jiwanya penuh dengan rasa takut adalah termasuk orang yang imannya kokoh. Selanjutnya orang yang selalu benar terhadap apa yang dilakukannya, niscaya ia akan mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat akal yang sehat dan petunjak syara`.
            Diketahui bahwa kehidupan akhirat bersifat kekal dan kenikmatannya tidak akan pernah sirna, tidak ada kekurangan dan cacat, sedangkan kehidupan duniawi akan sirna, terkena oleh kerusakan. Barangsiapa yang yang lebih mendahulukan kehidupan duniawi, dan mencintai perhiasan duniawi, berarti orang tersebut tidak membenarkan adanya kehidupan akhirat, atau keimanan orang tersebut tidak dapat melewati ucapannya, dan tidak sampai pada hatinya. Dengan demikian, balasan pahala sebagaimana dijanjikan bagi orang-orang yang beriman tidak sampai kepada orang tersebut. Karena demikian pentingnya mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan akhirat, maka Allah SWT mengingatkan dalam surah Al-Hadid ayat 20.


4.       TAFSIR SURAT AL-HADID AYAT 20

 ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.


            Menurut Al-Maraghi bahwa ayat tersebut menggambarkan sifat dari kehidupan dunia, diantaranya adalah yang mudah sirna, sebagaimana halnya hujan yang turun dan membelah bumi yang tandus, kemudianberaneka ragam tanaman tumbuh, hijau menguning, menyenangkan petani atau orang yang menanamnya, kemudian tidak lama pohon tersebut menua,layu dan kering kemudian mati.hal ini tidak berarti bahwa seseorang dilarang mencari dan menikmati kehidupan dunia, namun yang dianjurkan agar ia tidak terperdaya hanya mementingkan kehidupan didunia, melupakan akhirat. Kehidupan dunia justru harus dilihatdalam mencari kehidupan akhirat. Hal lain yang perlu dicatat, bahwa jika seseorang hanya memenyingkan kehidupan dunia,maka yang ia dapati hanya kehidupan dunia itu saja. Sedangkan jika ia mementingkan kehidupan akhirat, ia akan mendapatkan dunia dan akhirat, sebab untuk mencapai kebahagiaan hidup diakhirat ia harus mencapai kehidupan dunia. Orang yang bersedekah atau berinfak dijalan allah misalnya ia harus memiliki harta. Demikian pula yang akan menjalankan ibdah haji, juga harus memerlukan harta benda.
            Tingkatan kehidupan manusia di dunia dalam hubungannya dengan kehidupan akhirat, maka manusia terbagi menjadi tiga kelompok: kelompok pertama yaitu orang yang melihat dunia ini hanya tempat persinggahan sementara untuk melakukan investasi amal ibadah kebajikan untuk hidup di akhirat. Kelompok ini tidak membenci dunia, bahkan memerlukan dunia (harta) tetapi dunia (harta) tersebut bukan sebagai tujuan, melainkan sebagai alat. Ia juga memiliki harta, namun tidak sampai terperdaya dan terpesona oleh harta tersebut.



            Sedangkan kelompok yang kedua yaitu kelompok yang hampr saja terbuai, terpedaya dan terlena oleh kehidupan dunia, dan hampir saja melupakan akhirat. Pada masa mudanya orang ini gemar mengumpulkan harta benda, berfoya-foya, memperturutkan selera hawa nafsu, dan lupa mengerjakan amal ibadah untuk bekal kehidupan akhirat. Kesadaran akan perlunya bekal kehidupan akhirat baru terjadi menjelang akhir hayatnya di waktu tua. Ia segera bertaubat memohon ampunan kepada allah, diiringi dengan memperbanyak ibadah.
            Adapun kelompok yang ketiga adalah mereka yang benar-benar terbuai, terpesona dan tergila-gila oleh harta benda. Hidupnya hanya untuk dunia, memperturutkan hawa nafsu, tanpa sedikitpum memikirkan kehidupan akhirat. Sikap yang seperti itu, ia lakukan sampai ajal (kematian) datang menjemputnya, tanpa ada sedikitpun waktu untuk bertaubat dan memperbaiki perbuatan buruknya. Allah SWT senagai Yang Maha Pengasih dan Penyayang, mengingatkan kepada makhluk-Nya agar jangan sampai terpedaya oleh kenikmatan dunia yang demikian itu dalam surat Al-Hadid ayat 20.
            Adanya kehidupan akhirat dengan berbagai permasalahannya bukanlah termasuk masalah empiris yang dapat diobservasi, melainkan termasuk masalah yang hanya dapat diimani, yaitu mengimani adanya berdasarkan informasi yang diberikan oleh Allah. Atas dasar keyakinan ini, maka untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kehidupan akhirat harus merujuk kepada informasi yang diberikan Allah di dalam al-Qur’an.
            Berdasarkan uraian tersebut di atas, terlihat bahwa keimanan terhadap hari akhirat paling kurang memiliki empat implikasi kependidikan sebagai berikut:
            Pertama, implikasi materi atau muatan pendidikan. Yakni bahwa keimanan terhadap hari akhirat merupakan bagian terpenting dari materi pelajaran yang harus diberikan.
            Kedua, implikasi materi atau muatan pendidikan akhlak sebagai hasil dari materi pendidikan keimanan. Dengan keimanan yang kuat akan adanya hari akhirat seseorang akan memanfaatkan kehidupannya di dunia ini untuk melakukan amal ibadah dan perbuatan kebajikan yang sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan itu, juga dapat mendorong seseorang untuk menjauhkan perbuatan yang tercela.
            Ketiga, implikasi evaluasi pendidikan yang berfungsi untuk melihat hasil pendidikan secara obyektif. Yaitu evaluasi yang didasarkan kepada hasil yang dicapai oleh setiap orang yang menjadi sasaran dalam kegiatan pendidikan.
            Keempat, implikasi administrative, yakni bahwa hasil dari proses pendidikan sekecil apapun harus dihitung, dinilai, dan dipadukan secara komprehensif dan dikoleresikan antara satu bagian dengan bagian yang lain, sehingga dapat diketahui hasilnya secara utuh.


E.  Fungsi, Makna dan Dampak Iman Kepada Hari Akhir Bagi Kehidupan

Fungsi iman kepada hari akhir antara lain :
 Bertindak / beramal dengan penuh tanggung jawab
 Pandangan hidup optimis
 Kehidupan yang shaleh di masyarakat
 Menambah rasa iman dan taqwa pada Allah
Beriman kepada hari akhir artinya meyakini bahwa hari akhir itu haq dan tidak ada keraguan tentangnya. Adanya hari akhir dan mengimaninya merupakan motivasi bagi seorang mukmin untuk semakin bersemangat dalam berlomba-lomba berbuat kebaikan dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat.

F.   Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir

Dari uraian diatas kita dapat mengambil hikmah dari iman kepada hari akhir antara lain :
 Hidup didunia hanya sementara
Orang yang beriman kepada hari akhir akan memanfaatkan hidupnya didunia untuk selalu beramal shaleh, karena mereka menyadari bahwa hidup didunia hanya sementara. Demikian pula kesenangan dan kenikmatan yang ada didunia hanya bersifal sementara.
 Bertindak dengan penuh pertimbangan
Dalam setiap perbuatan yang akan dilakukan orang yang beriman kepada hari akhir akan selalu mempertimbangkannya dengan cermat, karena menyadari bahwa setiap perbuatan akan mendapat balasan.
 Senantiasa ingin berada dalam kebenaran
Orang yang beriman kepada hari akhir akan merasa dalam lindungan Allah SWT dan dijauhkan dari kesesatan, karena berada dalam kebenaran yaitu jalan Allah SWT. Dan orang yang tidak beriman pada hari akhir berada dalam siksaan dan kesesata.

F. PENUTUP

1.      Kesimpulan
Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh alam semesta. Iman kepada hari akhir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa suatu saat alam semesta akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat yang akan kekal selamanya tanpa ada batas waktunya.
Beriman pada hari akhir merupakan rukun iman yang ke lima oleh karena itu sebagai umat islam kita wajib mempercayai akan datangnya hari akhir tersebut. Beriman pada hari akhir mempunyai beberapa manfaat antara lain selalu bertindak hati-hati dan penuh pertimbangan, selalu berada dalam kebenaran, dan memanfaatkan waktu hidup untuk berlomba mencari kebaikan “fastabiqul khoirot”.

2.  Saran
a.     Sebagai umat muslim kita wajib mempercayai akan hari akhir
b.    Kita harus senantiasa berbuat kebaikan
Semoga kita bisa menjadi lebih baik dari pada hari kemarin


DAFTAR PUSTAKA

Mursidi,S.Pd.Pendidikan Agama Islam.Solo:Putra Kertonatan,2004.
Rasdiyanah,Andi,Dra.H.Pendidikan Agama Islam.Bandung:Lubuk Agung,1995.
Saputra,Thoyibah,Drs.H.Aqidah Akhlak.Semarang:PT.Karya Toha Putra,1996.
SN,Adib,S.Ag.Pendidikan Agama Islam.Solo:Tekad Mandiri,1999.
Syahid,Muhtarom,dkk.Pendidikan Agama Islam.Solo:Tim Meda Grafika,2004.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar