PENDAHULUAN
Kata Pengantar
Allah telah menetapkan bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara (fana)
saja. Tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk manusia. Percaya pada hari
akhir merupakan salah satu rukun iman, dan merupakan bagian utama dari beberapa
bagian akidah. Dengan demikian wajib bagi kita untuk beriman pada hari akhir
itu. Perlu diketahui juga bahwa iman kepada hari akhir itu sangat penting bagi
kehidupan, karena kehidupan tidak kekal dan abadi. Yang abadi tanpa awal dan
tanpa akhir hanya Allah SWT. Kefanaan semesta ini dapat disaksikan sehari-hari,
bunga-bunga dan daun-daun yang subur pun menjadi layu dan jatuh. Begitu pula
tubuh-tubuh yang segar dan kekar berubah menjadi lemah dan mati. Manusia pada
akhirnya akan menemui wafatnya demikian pula Rasul dan Nabi yang mulia, sejak
Nabi Adam As hingga Nabi Muhammad SAW, semua menemui wafatnya, pulang ke
rahmatullah. Dalam Al Qur’an Allah berfirman : “ Kullu nafsin dzaaiqatul maut “
setiap yang bernafas pasti akan mati, tak ada yang kekal abadi, kecuali Allah
SWT.
B. Rumusan
Masalah
Dewasa ini banyak dari kita yang lalai menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT, termasuk kewajiban kita mengimani tentang adanya hari akhir.
Banyak dari kita yang terlena dengan kehidupan duniawi dan melupakan kehidupan
kekal akhirat. Lalu apakah yang dimaksud dengan iman kepada hari akhir? Apa
makana kandungan ayat: surah al-Qaaf (50) ; 19-23, surah al-A’la (87); 14-17,
surah al-Hadid (57); 20 ? Dan apa manfaat bagi kita jika mempercayai akan adanya hari akhir?
C. Tujuan
Penulisan
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi yang
telah diberikan kepada kami. Disamping itu makalah ini juga bertujuan memberi
pengetahuan kepada para pembaca yang budiman.
D. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Iman Kepada
Hari Akhir
Hari akhir menurut bahasa adalah kehancuran atau kebangkitan. Sedangkan
menurut istilah hari akhir adalah hari kehancuran alam semesta beserta seluruh
isinya kemudian mausia akan dibangkitkan dari alam kuburnya untuk dimintai
pertanggungjawaban atas semua amal perbuatannya selama didinuia.
Beriman kepada hari akhir termasuk rukun iman yang ke lima sehingga setiap
muslim harus mempercayai akan datangnya hari akhir. Iman kepada hari akhir
maksudnya adalah mempercayai dengan seluruh hati bahwa suatu saat alam semesta
akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat yang
akan kekal selamanya tanpa ada batas waktu akhirnya.
Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh
alam semesta. Hari kiamat didahului dengan tanda-tanda seperti keluarnya
Dajjal, Ya’juj Ma’jud, turunnya Nabi Isa AS, keluarnya hewan-hewan besar,
muculnya matahari dari barat dan lain sebagainya.
Sesudah hari kiamat manusia dibangkitkan dari kematian dan mulai menjalani
kehidupan baru di alam akhirat dengan fase sebagai berikut :
1. Yaumul Ba’ats ( Hari Kebangkitan )
2. Yaumul Mahsyar ( Hari Berkumpul di Padang
Mahsyar )
3. Yaumul Mizan ( Hari Pertimbangan Amal )
4. Yaumul Jaza’ ( Hari Pembalasan )
2. TAFISR SURAT QAAF AYAT 19-23
“dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu
lari daripadanya. dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman.
dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan Dia seorang Malaikat penggiring dan
seorang Malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada
dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang
menutupi) matamu, Maka
penglihatanmu pada hari itu Amat tajam.dan yang menyertai Dia berkata : "
Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku”
Di
dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa ayat-ayat tersebut dikelompokkan
bersamaan dalam ayat 16, 17, dan 18 surat Qaf yang menginformasikan bahwa Tuhan
mengetahui sesuatu yang bergetar dan tergores dalam hati manusia, dan Tuhan
secara rohaniah lebih dekat dengan manusia daripada urat lehernya. Pada ayat
tersebut juga dijelaskan bahwa setiap amal perbuatan manusia senantiasa dicatat
dua malaikat yang berada di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
Dari pengelompokkan tersebut dapat diketahui bahwa ayat 19 hingga 23 surat Qaf
tersebut berhubungan dengan pembicaraan di sekitar niat, ucapan dan amal
perbuatan manusia yang selalu dipantau oleh Allah melalui malaikat-Nya. Hasil
pemantauan tersebut selanjutnya dapat diketahui secara obyektif di akhirat
nanti.
Al-Maraghi lebih lanjut mengatakan bahwa ayat yang berbunyi:
AYAT Maksudnya bahwa sakaratul maut yang pada umumnya manusia berusaha keras
menghindarinya kini datang juga tanpa dapat dihindari lagi.
Hal demikian sejalan dengan pendapat Ibn Katsir yang mengatakan bahwa ayat
dengan ayat tersebut Allah mengingatkan kepada manusia bahwa sakaratul maut itu
akan datang dengan pasti, sehingga tidak ada keraguan dan kebimbangan
sedikitpun. Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan bahwa ketika maut
datang menjemput Rasulullah SAW, beliau mengusap keringat dari wajahnya dan
berkata; “subhanallah inna lil mauti lasakaratun”Mahasuci Allah, sesungguhnya
sakaratul maut itu ada pada setiap orang yang akan meninggal.
Selanjutnya
ayat yang berbunyi AYAT maksudnya adalah bahwa pada saat sangkakala ditiup pada
tiupan yang pertama, maka itulah masa yang keadaannya amat dahsyat, yaitu saat
di mana Allah menjanjikan balasan siksa bagi orang-orang yang ingkar kepada
Allah.
Kemudian ayat yang berbunyi AYAT maksudnya adalah bahwa pada saat manusia
datang menghadap Tuhannya disertai malaikat yang mengiringi (Saiq), dan
malaikat yang menjadi saksi (syahid). Malaikat ini memberi kesaksian terhadap
amal perbuatan yang dilakukan manusia selama masa hidupnya di dunia.
Adapun ayat AYAT menginformasikan bahwa adanya malaikat yang
mencatat amal perbuatan manusia, kematian yang akan menjemputnya dan kehidupan
akhirat yang akan dijalaninya sering dilupakan. Hal-hal yang dilupakan semasa
hidup di dunia ini, pada saat itu tampak jelas terlihat dan disaksikan oleh
mata kepalanya sendiri, dan kelupaan tersebut kini sudah tersingkap. Di hari
akhirat nanti tidak ada lagi hal-hal yang dapat dilupakan.Hal ini disebabkan
karena sifat lupa itu merupakan watak dari jasmani atau fisik.
3. TAFSIR SURAT
AL-A’LA AYAT 14-17
“ Sesungguhnya beruntunglah orang
yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia
sembahyang. tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.. sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”.
Di
dalam tafsir al-maraghi dijelaskan sebagai berikut aflaha artinya beruntung dan
selamat dari siksaan di akhirat; tadzakka artinya bersih dari kotoran dosa yang
disebabkan menentang kebenaran dan keras hati. Wadzakara asma rabbih artinya
menyebutkan sifat-sifat Allah dalam hati, seperti tentang keagungan dan
kehebatan-Nya. Sedangkan fa shalla artinya merendahkan dan menundukan dirinya
terhadap segala perintah Allah.
Jiwa yang bersih sebagaiman disebutkan pada ayat tersebut dapat
dilakukan dengan keimanan kepada Allah serta menolak kenusyrikan, serta
membenarkan terhadap segala yang dibawa oleh Rasulullah SAW disertai amal
salih. Sedangkan menyebut nama Allah lalu mengerjakan shalat, maksudnya adalah
menghadirkan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan Allah di dalam hati
sanubari, kemudian patuh dan tunduk terhadap keagungan dan kehebatannya.
Seseorang yang menyebut nama Tuhan-nya dan mengagungkannya di dalam hati, serta
takut dari ancamannya kemudian jiwanya penuh dengan rasa takut adalah termasuk
orang yang imannya kokoh. Selanjutnya orang yang selalu benar terhadap apa yang
dilakukannya, niscaya ia akan mengutamakan kehidupan akhirat dari pada
kehidupan dunia. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat akal yang sehat dan
petunjak syara`.
Diketahui bahwa kehidupan akhirat bersifat kekal dan kenikmatannya
tidak akan pernah sirna, tidak ada kekurangan dan cacat, sedangkan kehidupan
duniawi akan sirna, terkena oleh kerusakan. Barangsiapa yang yang lebih
mendahulukan kehidupan duniawi, dan mencintai perhiasan duniawi, berarti orang
tersebut tidak membenarkan adanya kehidupan akhirat, atau keimanan orang
tersebut tidak dapat melewati ucapannya, dan tidak sampai pada hatinya. Dengan
demikian, balasan pahala sebagaimana dijanjikan bagi orang-orang yang beriman
tidak sampai kepada orang tersebut. Karena demikian pentingnya mengutamakan
kehidupan akhirat daripada kehidupan akhirat, maka Allah SWT mengingatkan dalam
surah Al-Hadid ayat 20.
4. TAFSIR SURAT AL-HADID AYAT 20
ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.
Menurut Al-Maraghi bahwa ayat tersebut menggambarkan sifat dari
kehidupan dunia, diantaranya adalah yang mudah sirna, sebagaimana halnya hujan
yang turun dan membelah bumi yang tandus, kemudianberaneka ragam tanaman
tumbuh, hijau menguning, menyenangkan petani atau orang yang menanamnya,
kemudian tidak lama pohon tersebut menua,layu dan kering kemudian mati.hal ini
tidak berarti bahwa seseorang dilarang mencari dan menikmati kehidupan dunia,
namun yang dianjurkan agar ia tidak terperdaya hanya mementingkan kehidupan
didunia, melupakan akhirat. Kehidupan dunia justru harus dilihatdalam mencari
kehidupan akhirat. Hal lain yang perlu dicatat, bahwa jika seseorang hanya
memenyingkan kehidupan dunia,maka yang ia dapati hanya kehidupan dunia itu
saja. Sedangkan jika ia mementingkan kehidupan akhirat, ia akan mendapatkan
dunia dan akhirat, sebab untuk mencapai kebahagiaan hidup diakhirat ia harus
mencapai kehidupan dunia. Orang yang bersedekah atau berinfak dijalan allah
misalnya ia harus memiliki harta. Demikian pula yang akan menjalankan ibdah
haji, juga harus memerlukan harta benda.
Tingkatan kehidupan manusia di dunia dalam hubungannya dengan
kehidupan akhirat, maka manusia terbagi menjadi tiga kelompok: kelompok pertama
yaitu orang yang melihat dunia ini hanya tempat persinggahan sementara untuk
melakukan investasi amal ibadah kebajikan untuk hidup di akhirat. Kelompok ini
tidak membenci dunia, bahkan memerlukan dunia (harta) tetapi dunia (harta)
tersebut bukan sebagai tujuan, melainkan sebagai alat. Ia juga memiliki harta,
namun tidak sampai terperdaya dan terpesona oleh harta tersebut.
Sedangkan kelompok yang kedua yaitu kelompok yang hampr saja
terbuai, terpedaya dan terlena oleh kehidupan dunia, dan hampir saja melupakan
akhirat. Pada masa mudanya orang ini gemar mengumpulkan harta benda,
berfoya-foya, memperturutkan selera hawa nafsu, dan lupa mengerjakan amal
ibadah untuk bekal kehidupan akhirat. Kesadaran akan perlunya bekal kehidupan
akhirat baru terjadi menjelang akhir hayatnya di waktu tua. Ia segera bertaubat
memohon ampunan kepada allah, diiringi dengan memperbanyak ibadah.
Adapun kelompok yang ketiga adalah mereka yang benar-benar terbuai,
terpesona dan tergila-gila oleh harta benda. Hidupnya hanya untuk dunia,
memperturutkan hawa nafsu, tanpa sedikitpum memikirkan kehidupan akhirat. Sikap
yang seperti itu, ia lakukan sampai ajal (kematian) datang menjemputnya, tanpa
ada sedikitpun waktu untuk bertaubat dan memperbaiki perbuatan buruknya. Allah
SWT senagai Yang Maha Pengasih dan Penyayang, mengingatkan kepada makhluk-Nya
agar jangan sampai terpedaya oleh kenikmatan dunia yang demikian itu dalam
surat Al-Hadid ayat 20.
Adanya kehidupan akhirat dengan berbagai permasalahannya bukanlah
termasuk masalah empiris yang dapat diobservasi, melainkan termasuk masalah
yang hanya dapat diimani, yaitu mengimani adanya berdasarkan informasi yang
diberikan oleh Allah. Atas dasar keyakinan ini, maka untuk mendapatkan
informasi yang lengkap tentang kehidupan akhirat harus merujuk kepada informasi
yang diberikan Allah di dalam al-Qur’an.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, terlihat bahwa keimanan
terhadap hari akhirat paling kurang memiliki empat implikasi kependidikan
sebagai berikut:
Pertama, implikasi
materi atau muatan pendidikan. Yakni bahwa keimanan terhadap hari akhirat
merupakan bagian terpenting dari materi pelajaran yang harus diberikan.
Kedua, implikasi
materi atau muatan pendidikan akhlak sebagai hasil dari materi pendidikan
keimanan. Dengan keimanan yang kuat akan adanya hari akhirat seseorang akan
memanfaatkan kehidupannya di dunia ini untuk melakukan amal ibadah dan
perbuatan kebajikan yang sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan itu, juga dapat
mendorong seseorang untuk menjauhkan perbuatan yang tercela.
Ketiga, implikasi
evaluasi pendidikan yang berfungsi untuk melihat hasil pendidikan secara
obyektif. Yaitu evaluasi yang didasarkan kepada hasil yang dicapai oleh setiap
orang yang menjadi sasaran dalam kegiatan pendidikan.
Keempat, implikasi
administrative, yakni bahwa hasil dari proses pendidikan sekecil apapun harus
dihitung, dinilai, dan dipadukan secara komprehensif dan dikoleresikan antara
satu bagian dengan bagian yang lain, sehingga dapat diketahui hasilnya secara
utuh.
E. Fungsi, Makna
dan Dampak Iman Kepada Hari Akhir Bagi Kehidupan
Fungsi iman kepada hari akhir antara lain :
Bertindak / beramal
dengan penuh tanggung jawab
Pandangan hidup optimis
Kehidupan yang shaleh
di masyarakat
Menambah rasa iman dan
taqwa pada Allah
Beriman kepada hari akhir artinya meyakini bahwa hari akhir itu haq dan
tidak ada keraguan tentangnya. Adanya hari akhir dan mengimaninya merupakan
motivasi bagi seorang mukmin untuk semakin bersemangat dalam berlomba-lomba
berbuat kebaikan dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat.
F. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir
Dari uraian diatas kita
dapat mengambil hikmah dari iman kepada hari akhir antara lain :
Hidup didunia hanya
sementara
Orang yang beriman kepada hari akhir akan memanfaatkan hidupnya didunia
untuk selalu beramal shaleh, karena mereka menyadari bahwa hidup didunia hanya
sementara. Demikian pula kesenangan dan kenikmatan yang ada didunia hanya
bersifal sementara.
Bertindak dengan penuh
pertimbangan
Dalam setiap perbuatan yang akan dilakukan orang yang beriman kepada hari
akhir akan selalu mempertimbangkannya dengan cermat, karena menyadari bahwa
setiap perbuatan akan mendapat balasan.
Senantiasa ingin berada
dalam kebenaran
Orang yang beriman kepada hari akhir akan merasa dalam lindungan Allah SWT
dan dijauhkan dari kesesatan, karena berada dalam kebenaran yaitu jalan Allah
SWT. Dan orang yang tidak beriman pada hari akhir berada dalam siksaan dan
kesesata.
F. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh
alam semesta. Iman kepada hari akhir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa
suatu saat alam semesta akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur
menuju alam akhirat yang akan kekal selamanya tanpa ada batas waktunya.
Beriman pada hari akhir merupakan rukun iman yang ke lima oleh karena itu
sebagai umat islam kita wajib mempercayai akan datangnya hari akhir tersebut.
Beriman pada hari akhir mempunyai beberapa manfaat antara lain selalu bertindak
hati-hati dan penuh pertimbangan, selalu berada dalam kebenaran, dan
memanfaatkan waktu hidup untuk berlomba mencari kebaikan “fastabiqul khoirot”.
2. Saran
a. Sebagai umat muslim kita wajib mempercayai akan
hari akhir
b. Kita harus senantiasa berbuat kebaikan
Semoga kita bisa menjadi lebih baik dari pada hari
kemarin
DAFTAR PUSTAKA
Mursidi,S.Pd.Pendidikan
Agama Islam.Solo:Putra Kertonatan,2004.
Rasdiyanah,Andi,Dra.H.Pendidikan
Agama Islam.Bandung:Lubuk Agung,1995.
Saputra,Thoyibah,Drs.H.Aqidah
Akhlak.Semarang:PT.Karya Toha Putra,1996.
SN,Adib,S.Ag.Pendidikan
Agama Islam.Solo:Tekad Mandiri,1999.
Syahid,Muhtarom,dkk.Pendidikan
Agama Islam.Solo:Tim Meda Grafika,2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar