Rabu, 16 Juli 2014

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI KUALITATIF

PROPOSAL SKRIPSI  KUALITATIF
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE ROLLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI AKIDAH-AKHLAK SISWA DI MTS AL-AJHARIYYAH
(Penelitian Di Mts Al-Ajhariyyah Cibitung – Bekasi)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
               Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
               Salah satu problematika dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu pada aspek metodologi pembelajaran, guru masih bersifat normatif, teoritis dankognitif yang mana kurang mampu mengaitkan serta berinteraksi dengan materi-materi pelajaran yang lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Furchan(1993) menjelaskan bahwa "Penggunaan metode pembelajaran PAI di sekolahkebanyakan masih menggunakan cara-cara pembelajaran tradisional, yaituceramah monoton dan statis a-kontekstual, cenderung normatif, monolitik, lepasdari sejarah, dan semakin akademis."[1]
               Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai pusatpendidikan formal sebagai upaya untuk mengarahkan perubahan pada diriindividu secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dalaminteraksi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen antara lain adalahpendidik, peserta didik, materi pelajaran, metode pembelajaran, saran prasarana,lingkungan, dan beberapa komponen lain yang mendukung dalam proses pembelajaran serta berbagai usaha yang harus dilakukan untuk menumbuhkandaya tarik dan semangat belajar bagi peserta didik.
               Perkembangan mental peserta didik di sekolah antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metodeyang efektif dan bervariasi.
                Proses pembelajaran juga harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik.Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yangsangat penting untuk pencapaian tujuan karena ia menjadi sarana dalammenyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode,suatu materi pelajaran tidak dapat terproses secara efektif dan efisien dalamkegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan yang diharapkan.
               Penggunaan metode yang tepat akan sangat menentukan efektifitas danefisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode lain yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan padainteraksi dengan peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangatmembantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalamanbelajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan padakreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan ke arah kedewasaan.[2]   
               Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambatkelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuangsia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan seorang guru akan berdaya danberhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan.Dalam proses pendidikan Islam, metode yang tepat guna apabilamengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipergunakan untuk merealisasikan nilai-nilai idealyang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum, dantujuan pendidikan Islam mengandung relevansi dan operasional dalam prosespembelajaran.
               Oleh karena proses pendidikan mengandung makna internalisasidan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi manusia didik sebagai upayauntuk membentuk pribadi muslim yang beriman, bertakwa, dan berilmupengetahuan.Sebagai salah satu komponen operasional ilmu pengetahuan Islam, metodeharus bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan yanghendak dicapai melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan formalmaupun nonformal. Dengan demikian menurut ilmu pendidikan Islam, suatumetode yang baik harus memiliki karakter dan relevansi yang senada dengantujuan pendidikan Islam.Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yanghendak direalisasikan melalui metode yang mengandung karakter dan relevansitersebut.Pertama, membentuk peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdikepada-Nya semata.Kedua,bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al-Qur'an.Ketiga,berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran Al-Qur'an yang disebut pahala dan siksaan.[3]
               Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.
               Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
               Pada zaman sekarang ini, yang kita ketahui banyak sekali guru yang telah banyak menyandang sebagai guru berpotensi, maka mereka pun di tuntut untuk menciptakan model pembelajaran yang menyenangkan agar PBM di kelas tidak terlihat monoton. Maka dari situlah akan terlihat hasil belajar siswa, dengan metode pembelajaran yang di pakai seorang guru.
               Dari metode yang dipakai maka di sesuaikan oleh karakteristik siswa di kelas, agar tujuan yang di inginkan akan tercapai, dan siswa pun dapat merasakan betapa tidak sulit nya dalam belajar di kelas.
   Mata pelajaran siswa pun berbagai  macam  pelajaran salah satu nya adalah pendidikan agama islam  salah satu nya adalah Akidah-akhlak.
                Melihat fenomena yang terjadi di madrasah tersebut, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis huruf hiaiyah dengan judul,: “EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE ROLLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI AKIDAH-AKHLAK SISWA DI MTS AL-AJHARIYAH “    

B.     Identifikasi Masalah
   Dilihat  dari latar  belakang masalah maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
             1.     Penggunaan PENGGUNAAN METODE ROLLE PLAYING
             2.     Pemahaman materi akidah-akhlak di MTS AL-AJHARIYAH
             3.     Efektifitas penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH

C.     Fokus penelitian
   Dengan menggunakan Identifikasi Masalah Diatas , sehubung dengan masalah yang terkait dengan Efektifitas penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH“, maka dengan ini peneliti memfokuskan sebagai berikut :
             1.     Penggunaan metode Rolle Playing
             2.     Pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH

D.    Rumusan Masalah
   Dilihat dari Fokus Masalah di atas, Peneliti  merumuskan masalah sebagai berikut :
             1.     Bagaimana penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH?
             2.     Bagaimana cara meningkatkan pemahaman materi akidah-akhlak di MTS AL-AJHARIYAH?
             3.     Bagaimana efektifitas penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH?

E.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan Perumusan Masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :
             1.     untuk mengetahui cara Efektifitas penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH
             2.     untuk meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH

F.   Manfaat penelitian
Manfaat penelitian yang di harapkan sebagai berikut :
1.      Secara teoritis
       Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam  Pendidikan Agama Islam, khususnya tentang meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH
 2.      Secara praktis
   Manfaat penelitian yang di harapkan sebagai berikut :
                ·     Bagi peserta didik MTS AL-AJHARIYAH
             1.     Kompetensi peserta didik dalam mata pelajaran Akidah-Akhlak  dapat dicapai.
             2.     Hasil belajar peserta didik di MTS AL-AJHARIYAH dalam pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH.
             3.     Penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH.
                ·     Bagi Guru MTS AL-AJHARIYAH
             1.     Adanya inovasi dalam penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH
             2.     Untuk memudahkan Guru PAI dalam penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH.
             3.     Untuk mencapai satu tujuan yang di inginkan sesama guru PAI dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH


BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.    Penegrtian Metode Role Playing
   Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:
(a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak;
(b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan
 (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.



C. Langkah-langkah model pembelajaran role playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.

D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12)

E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja.
Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.


 B. Pengertian pembelajaran akidah-akhlak
Kata hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonenesia (2001 : 383) bisa diartikan intisari atau dasar atau kenyataan yang sebenarnya /sesungguhnya. Jika dihubungkan dengan pembelajaran aqidah akhlak bisa diartikan apa intisari atau dasar pembelajaran aqidah akhlak.
Istilah pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 :17) diartikan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dalam kaitannya dengan hakikat pembelajran aqidah akhlak adalah bagaimana sebenarnya intisari aqidah akhlak dan bagaimana cara atau proses untuk mempelajarinya. Oleh karena itu pembelajaran mempunyai beberapa aspek. Jika dihubungkan dengan proses belajar mengajar maka aspek yang perlu ada dalam proses adalah berkaitan dengan bagaimana cara merencanakan pembelajaran aqidah akhlak, materinya apa, sterateginya, medianya, langkah-langkahnya dan bagaimana mengevaluasinya.
Selanjutnya istilah aqidah menurut kamus Al Munawir dalam Ilyas (1995 : 1) berasal dari bahasa Arab yang berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan, yang berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh, setelah terbentuk menjadi kata ‘aqidah berarti keyakinan, dan selanjutnya diartikan keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Tidak ada manusia yang tidak mempunyai aqidah atau keyakinan, semuanya mempunyai keyakinan hanya saja keyakinannya itu apa ?, keyakinan pada dewa, pada tiga tuhan, atau bahkan keyakinan bahwa tuhan tidak ada, itupun juga keyakinan.
Yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran aqidah disini adalah keyakinan Islam atau keyakinan pada Allah, artinya bagaimana cara atau proses mengajar manusia agar mempunyai keyakinan Islam atau keyakinan kepada Allah yang kuat. Karena aqidah ini adalah fondaasi dari ajaran Islam, jika aqidahnya atau keyakinannya kuat maka dia akan mudah untuk menjalankan ajaran Islam yang lain.
Oleh karena yang dipelajari adalah aqidah Islam, disini pengertian aqidah menurut salah satu pendapat yaitu menurut al Banna dalam Ilyas (1995 :1) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Jadi aqidah disini dimaksudkan adalah keyakinan yang tidak bercampur keraguan. Jika dikaitkan dengan hakikat pembelajaran aqidah adalah bagaimana intisari pelajaran tentang keyakinan dalam Islam dan bagaimana cara atau proses untuk mempelajarinya.
Selanjutnuya istilah akhlak. Menurut kamus Al Munjid dalam Asmaran (1992 : 1) kata akhlak berasal dari bahasa arab yang bentuk jamaknya khulq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Oleh para ahli ilmu akhlak istilah itu dianggap belum tepat, maka menurut mereka yang lebih tepat adalah menurut Al Ghazali dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 : 53) khulq itu berarti bentuk kejadian dalam hal ini yang dimaksaud bentuk batin/psikis seseorang. Selanjutnya dijelaskan disitu menurut Al Ghazali akhlak adalah suatu istilah tentang bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat atau bertingkah laku, bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula suatu pertimbangan.
 Mengapa tanpa pertimbangan atau pemikiran? karena dia sudah menjadi sifat atau sesuatu yang melekat, hal itu karena sudah menjadi kebiasaan, bukan berarti perbuatan yang tak difikirkan tetapi sudah nmenjadi darah daging, dan itu bisa baik dan bisa buruk tergantung proses pembiasaan yang didapatkan dalam hidupnya, Oleh karena itu dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 : 55)
 Pembelajaran akhlak berarti pembelajaran tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya atau tingkah lakunya, didalam pelaksanaan pembelajaran berarti bagaimana proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik, artinya orang yang diajarkan punya bentuk batin yang baik menurut ajaran Islam dan nampak dalam perilakunya sehari-hari, atau dalam bentuk sederhana adalah bagaimana cara orang berakhlakterpuji.
Menurut ajaran Islam Jadi hakikat pembelajaran aqidah akhlak adalah apa sebenarnya intisari atau dasar dari keyakinan dan perilaku (yang berdasarkan bentuk batin) yang baik menurut ajaran Islam dan bagaimana cara atau proses manusia untuk mempelajarinya, agar manusia memahami ajaran itu dengan baik. Jika disederhanakan lagi maka program ini dimasudkan adalah bagaimana agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa sebenarnya dasar atau intisari dari ajaran tentang keyakinan dan perilaku yang baik dalam ajaran Islam, serta bagaimana proses atau cara untuk mengajarkannya kepada siswa.

2. Konsep dasar materi aqidah akhlak
Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 589) adalah rancangan atau ide,/pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Jadi pengertian tentang sesuatu termasuk juga konsep, tetapi konsep lebih luas dari pengertian, karena dia juga bisa berarti ide tentang sesuatu, ide itukan luas, atau rancangan, rancangan itu juga luas, jadi pengertian sudah termasuk konsep tetapi konsep tidak hanya pengertian tetapi lebih luas lagi. Oleh karena itu selanjutnya akan dijelaskan tentang pengertian mengenai materi aqidah akhlak dan hal-hal yang berkaitan dengan materi aqidah akhlak.

a. Pengertian dari pembelajaran Aqidah Akhlak
Ajaran Islam secara garis besar ada tiga menurut Syihab (1996 ) yaitu aqidah, syari’ah, dan akhlak. Atau dalam hal ini biasa digunakan istilah yang bermacam-macam. Untuk istilah aqidah biasa digunakan istilah, Tauhid, Ilmu Kalam ,Ilmu Ushuluddin, Theologi, seperti dikatakan Madjid (1995 : 202)
 Jenis-jenis penyebutan lain ilmu kalam yaitu ilmu aqa’id (yakni ilmu akidah-akidah yakni simpul-simpul/kepercayaan, Ilmu Tawhid (Ilmu tentang keMaha Esaan (Tuhan)), dan ilmu Ushul al-Din (Ushuluddin yakni ilmu pokok-pokok agama)). Untuk istilah syari’ah biasa digunakan istilah fiqh, ibadah,,muamalah dan untuk istilah akhlak biasa digunakan istilah tasauf dan lain sebagainya.
 Atau Menurut Nurkholis Madjid (1995 )untuk ketiga istilah ini biasa digunakan istilah bagaimana cara mengetahuinya dan mengembangkannya dengan istilah ijtihad, mujtahid dan mujahadah.
Pada modul ini yang akan dibahas yaitu dua saja aqidah dan akhlak. Untuk sekolah-sekolah tinggi biasa digunakan istilah ini secara sendiri-sendiri dan itu biasanya menggambarkan keluasan pembahasannya, Ilmu Kalam biasanya digunakan untuk penyebutan mata kuliah bagi mereka yang belajar tentang ketuhanan di perguruan tinggi, Ushuluddin lebih luas lagi biasanya istilah ini digunakan untuk salah satu bagian dari jurusan atau fakultas yang ada diperguruan tinggi, Tauhid biasanya digunakan untuk belajar tentang ketuhanan yang saederhana, dan aqidah biasanya digunakan untuk sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Bahkan di sekolah-sekolah yang disebutkan tadi ajaran Islam tadi digabungkan dengan ajaran lain yaitu akhlaq.
Oleh karena itu disini akan dibahas tentang dua ajaran tadi yaitu aqidah dan akhlak.
Kata Aqidah berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan, yang dimaksud disini adalah ikatan yang kuat pada Allah, Jadi fondasi awal dari aqidah ini adalah kata Laa Ilaaha Illa Allah ( TIdak ada atuhan selain Allah).
 Menurut Imaduddin Abdurrahim mengatakan  adalah “ Sesuatu yang paling kita pentingkan dalam hidup, sehingga rela melakukan apa saja untuk sesuatu yang dipentingkan itu “.
Jadi menurutnya Ilaah adalah Sesuatu yang paling dipentingkan, apa yang kita pentingkan dalam hidup ini?, maka menurutnya banyak hal dalam hidup kita yang menjadi tuhan kita dalam kenyataannya iyaitu misalnya harta, tahta , wanita/laki-laki, selama hal tersebut paling kita pentingkan dalam hidup kita, sehingga kita menghalalkan segala cara untuk hal-hal tersebut.
Oleh karena itu menurut Imaduddin seharunya dalam hidup kita seharusnya “Allah” lah yang harus kita pentingkan dalam hidup kita, sehingga kita rela melakukan apa saya untuk memperoleh keridhaan Allah. Bukan bderarti kita tidak boleh mencari harta, tahta dan lain sebagainya , tetapi hendaknya segala yang kita inginkan itu seharusnya tidak bertentangan dengan keinginan Allah dan untuk mencari ridha Allah.
Melihat pengertian di atas aqidah berkaitan dengan keyakinan, keyakinan dalam agama Islam adalah Laa ilaaha Illa Allah.Jadi konsep materi aqidah adalah kita mengajarkan kepada siswa mengenai keyakinan, bagaimana mengajarkan konsep keyakinan kepada siswa, berarti yang lebih ditonjolkan adalah ranah afektif atau pembentukan sikap.
Selanjutnya kita membahas mengenai pengertian akhlak. Akhlak berasal dari kata khulq .
Menurut Al Ghazali Khuluq aartinya bentuk atau kejadian, yanag dijaksud adalah bentuk “batin”, sebenarnya ketika kita belajar akhlak sebenarnya sedang mempelajari “bentuk batin” atau “sesuatu yang di dalam”, tetapi apakah kita bisa melihat bentuk batin tersebut ?, tentu sulit kecuali orang yang sudah arif.
Oleh karena itu menurut Al Ghazali pengertian akhlak adalah bentuk batin yang menjelma dalam tingkah lakuu” atau secara lengkap dia mengatakan pengertian akhlaq adalah …Jadi sebenranya ketika kita melihat perilaku seseorang belum tentu itu menggambarkan bentuk batin sebenarnya . Oleh karena itu menurut Ahmad Amin (1995 : 62)
 Sebagian orang menyatakan pengertian akhlaq adalah “Kebiasaan kehendak” , kehendak itu bila membiasakan sesuatu, dan bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Maka kebiasaannya itu disebut akhlak,atau kehendak yang dibiasakan, kehendak merujuk pada aspek dalam atau biasa disebut juga aspek esoteris dan kebiasaan merujuk pada aspek luark atau yang biasa disebut aspek eksoteris. Oleh karena itu jika kehendak saja itu bukan akhlak, atau kelakuann saja tapi tanpa kesadaran itu bukan akhlaq harusnya ada keduanya.

 c. Karakter/Ciri Khas materi aqidah akhlak
Sebenarnya ajaran Islam secara praktis sulit untuk dibedakan, ketika kita melakukan suatu perbuatan atau ibadah, maka mencakup banyak aspek disitu, disitu ada aspek aqidah, fiqh, dan akhlak. Namun secara teroritis atau keilmuan hal itu bisa dibagi-bagi. Semua materi PAI yang empat itu yaitu Aqidah akhlak, fiqh, SKI, dan Al Qur’an Hadits mempunyai karakter terseendiri . Demikian juga dengan aqidah akhlak, apa sebenarnya yang ingin dicapai ketika kita melakukan pembelajaran aqidah akhlak. Yang ingin disentuh dalam pembelajaran aqidah akhlak adalah aspek dalam (hati), pembentukan sikap sehingga ketika seseorang melakukan perbuatan bukan seperti robot, diperintah atau ditekan sesuai tombol tetapi dia melakukan sesuatu berdasarkan kesadaran yang telah tertanam didalam hatinya, sehingga dalam situasi apapun bisa tetap berakhlak baik, karena dia melakukan setelah di masukkan dalam hati dan disadarinya bahwa perbuatan itu memang sangat baik dilakukan. Oleh karena itu dalam tulisan-tulisannya Al Ghazali  selalu mengatakan bahwa untuk terciptanya akhlak yang baikl maka perlu melalui tiga tahapan yaitu:
1.Hal
2.Keadaan
3.Perbuatan
Menurutnya akhlak akan terjadi apabila seseorang itu memasukkan dulu konsep Akhlak ke dalam hati dan fikirannya, kemudian menjadi keadaan dalam jiwanya, selanjutnya dia melakukannya dan terus melakukannya, sehingg hal itu sudah mendarah daging sehingga menjadi sifatnya dan kebiasaannya, OIeh kearena itu Al Ghazali mengatakan bahwa pembinaan akhlak itu dimulai sejak kecil, dia bukan proses instant atau “sim salabim”, tapi berproses. Jadi yang lebih utama adalah hatinya yang dididik. Hal ini sejalan dengan dakwah nabi Muhammad, bahwa kurang lebih tiga belas tahun beliau mendidik aqidah.Sehingga karena hatinya telah terdidik dengan baik maka selanjutnya kesadaran itu menjelma dalam perilaku sesuai dengan ajaran Islam dan menjadikan ummat Islam kuat.
Oleh karena itu pendidikan aqidah akhlak ini adalah pendidikan yang lebih menekankan aspek sikap, lebih ingin mencapai ranah afektif, tidak hanya kognitif atau psikomotor saja, karena sikap yang diutamakan,. Mungkin berbeda dengan fiqh yang lebih menekankan aspek psikomotorik ,
Berdasarkan hal itu sebenarnya dalam pembelajaran aqidah akhlak yang lebih ditutamakan adalah siswa memahami konsep akhlak yang akan kita ajarkan, apa sih “benda” itu kemudian jika yang diajarkan itu akhlaq terpuji maka dampak posifitifnya, jika perbuatan itu menguntungkan kita akan melakukannya, kalau tidak kita tidak akan melakukannya, karena manusia tidak mau rugi, baik dunia maupun akhirat. Selanjutnya karena itu bagus maka kita ingin tahu bagaimana cara melakukannya, demikian juga jika akhlak tercela, bagaimana konsepnya, kemudian dampak negatifnya dan cara menghindarinya..
 Maka jika dianalisa maka ketika mengajarkan konsep akhlak itu lebih mencapai tujuan dari aspek kognitif, selanjutnya dampak negatif atau positif suatu perbuatan, lebih baik kita sentuh hatinya, hal ini lebih menekankan aspek afektif dan caranya bagaimana lebih pada psikomotorik, tetapi kita ingin agar dia mempunyai sikap yang baik untuk kehidupannya sekarang dan masa- masa yang akan datang.
Konsep pembelajaran aqidah dan akhlak ini sasaran pengajarannya yang utama adalah keadaan jiwa, seperti dikatakan dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 : 56) sasaran pengajaran akhlak sebenarnya adalah keadaan jiwa, tempat berkumpul segala rasa, pusat yang melahirkan berbagai karsa, dari sana kepribadian terwujud. Disana iman terhunjam, iman dan akhlak berada dalam hati, keduanya dapat bersatu mewujudkan tindakan, bila iman yang kuat mendorong kelihatanlah gejala iman, bila akhlak yang kuat mendorong, kelihatanlah gejala akhlak, dengan demikian tidak salah kalau pada sekolah rendah kedua bidang pembahasan ini dijadikan satu bidang studi yang dinamai bidang studi “aqidah akhlak”.
Melihat hal itu kita ketahui bahwa yang lebih diutamakan dalam pembelajaran aqidah akhlak adalah pembelajaran hati, oleh karena itu pembelajarannya baik strategi, evaluasi dan lain sebagainyanya disesuaikan dengan karakter materinya.

d. Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH
 Mata pelajaran Akidah-Akhlak merupakan mata pelajaran yang mengarah kepada pemahaman dan penghayatan isi yang terkandung dalam Akidah-Akhlak yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntutan Al-Quran dan Hadits.
 Mata pelajaran Akidah-Akhlak adalah salah satu mata pelajaran dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) di MTS AL-AJHARIYAH. Aspek yang terkandung di dalamnya adalah berfokus pada Pemahaman materi Akidah-Akhlak yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Metodologi Penelitian
·         Tempat Penelitian
 Penelitian ini dilaksanakan di MTS AL-AJHARIYAH
·         Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan di MTS AL-AJHARIYAH selama 3 Bulan terhitung dari bulan November sampai januari  2014
B.     Metode penelitian
 Metode penelitian yang digunakan dalam menyususn proposal ini yaitu dengan menggunakan metode kualitatif naturalistik,yaitu metode yang menghasilkan data deskriftif.data tersebut di dapatkan dari naskah, wawancara, catatan lapangan ,  alat perekam dan dokumen resmi lainnya.
C.    Data dan Sumber Data
a. Data
Data penelitian ini adalah kualitatif data berwujud kata-kata dan tindakan yang dikumpulkan dalam beberapa cara :
1. Data berwujud kata-kata dikumpulkan melalui  wawancara.
 2. Data berupa tindakan di peroleh dari perilaku atau sikap sumber data.
3. Data yang tertulis dilihat dari dokumen-dokumen.
 b. Sumber Data
Dalam pengumpulan sumber data,penulis mengambil keterangan dari beberapa responden yang ada di  MTS AL-AJHARIYAH di antaranya:
a.       Guru  Pendidikan Agama Islam
b.      Siswa
D.    Teknik Pengumpulan Data
    Dalam hal ini penulis akan melakukan observasi dengan tiga siswa.
A.  Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengetahui data-data dilapangan maka dipergunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data,  yaitu menggunakan interview (wawancara), observasi, dan studi dokumentasi, lebih lanjut akan diuraikan sebagai berikut :
a.       Wawancara
wawancara merupakan salah satu pengumpulan data dengan jalan tanyajawab sepihak yang dikerjakan berdasarkan tujuan penelitian, bisa cara bertatap muka antara pewancara dan pihak yang diwawancara dan meperoleh data berupa kata-kata. Yang di dapatlan dari guru PAI dan siswa di MTS AL-AJHARIYAH
b.      Obsevasi
Observasi yaitu pengamatan melalui kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek. Pengamatan yang penulis gunakan ini adalah pengamatan adalah secara tersembunyi (covert) dan pengamatan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu yang alamiah dan data yang diperoleh valid serta realible. Pengamatan tersebut penulis lakukan pada latar alamiah/paradigma alamiah (Natural Inquiry) dengan melalui berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi dan kondisi ; dimana, kapan, dan kepada siapa penga,matan ini ditujukkan.Pengamatan yang dilakukan di kelas, bersama guru PAI , siswa dan peneliti.
c.       Studi Dokumentasi
Data dokumtasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa (proses kegiatan), yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu, serta dengan sengaja untuk menyimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.
Dilihat dari dokementasi metode Rolle Playing dilaksanakan di kelas pada mata pelajaran Akidah-Akhlak.
E.     Teknik Analis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini memakai tiga alur kegiatan yang terjadi secara kebersamaan, yaitu :
a.       Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga ditarik kesimpulan data dan verivikasi.
b.      Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinana adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian meliputi berbagai jenis matrik, jaringan dan bagian semua dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu dan mudah untuk diraih. Dengan demikian dapat dilihat apa yang terjadi dan dapat menentukan apakah akan ditarik kessimpulan atau terus melakukan analisis data tersebut.
c.       Menarik kesimpulan yaitu merupakan alur ketiga dalam menganalisis data,setelah data di proses dengan mereduksi dan menyajikan data ,kemudian di tarik kesimpulannya.
d.      Pengecekan keabsahan data
Untuk menguji keabsahan data-data penelitian ini,digunakan beberapa cara antara lain:
1. kepercayaan (kredibilitas):pemeriksaan datanya dilakukan dengan perpanjangan keikutsretaan sehingga tingkat kepercayaan pemuannya dapat di capai.
2. keteralihan yaitu konsep validitas itu menyatakan bahwa suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks pada populasi yang sama atas dasar penemuan yang di peroleh pada sampel yangb secara representative memilki populasi itu.
3. Triangulasi yaitu tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memenfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.tekhnik triangulasi yang paling banyak di gunakan ialah pemeriksan melalui sumber lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ø Idris, M. M. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta, Ar-
Ruzmedia.
Ø  Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. Cet. III; Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2000.
Ø  Ramayulis.Metodologi Pengajaran Agama Islam.(Jakarta:Kalam
Mulia,2001)
Ø  Zuhairini,dkk.Metodik Khusus Pendidikan Agama.(Malang:Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel ,1983).
Ø  Yusuf M. Kadar. 2009. Studi Al-Quran. Jakarta : Amzar



[1] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam : (Mengurai Benang Kusut DuniaPendidikan), (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hlm. 163

[2] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet-Ketujuh, 2008), hlm. 107.

[3] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner , (Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet-Pertama, 2003), hlm. 144.

10 komentar:

  1. salam kenal : terimakasi saudara atas referensinya sudah membantu saya dalam menyelesaikan tugas kuliahku.

    BalasHapus
  2. sangat bermanfaat untuk dijadikan rujukan buat penulisan proposal, thanks,,,

    BalasHapus
  3. Matur nuwun. Semoga berkah dan mendapat pahala. Amin.

    BalasHapus
  4. bang.. ma'p copas, cuma sebagai cntoh untk ngerjain proposal skripsi.. semga Allah mmberi pahala yg super buat abangnya :-)

    BalasHapus
  5. Alhamdulliah jika bermanfaat, mohon maaf jika masih banyak kekurangan. :)

    BalasHapus
  6. alhamdulillah,terimakasih. sangat bermanfaat.

    BalasHapus