PROPOSAL SKRIPSI KUALITATIF
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE ROLLE PLAYING DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI AKIDAH-AKHLAK SISWA DI MTS AL-AJHARIYYAH
(Penelitian
Di Mts Al-Ajhariyyah Cibitung – Bekasi)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek
kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan
siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar
mengajar atau proses pembelajaran.
Salah
satu problematika dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu pada aspek
metodologi pembelajaran, guru masih bersifat normatif, teoritis dankognitif
yang mana kurang mampu mengaitkan serta berinteraksi dengan materi-materi
pelajaran yang lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Furchan(1993)
menjelaskan bahwa "Penggunaan metode pembelajaran PAI di sekolahkebanyakan
masih menggunakan cara-cara pembelajaran tradisional, yaituceramah monoton dan
statis a-kontekstual, cenderung normatif, monolitik, lepasdari sejarah, dan
semakin akademis."[1]
Proses
belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah sebagai pusatpendidikan formal
sebagai upaya untuk mengarahkan perubahan pada diriindividu secara terencana
baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik dalaminteraksi belajar sangat
dipengaruhi oleh beberapa komponen antara lain adalahpendidik, peserta didik,
materi pelajaran, metode pembelajaran, saran prasarana,lingkungan, dan
beberapa komponen lain
yang mendukung dalam proses pembelajaran
serta berbagai usaha yang harus dilakukan untuk menumbuhkandaya tarik dan
semangat belajar bagi peserta didik.
Perkembangan
mental peserta didik di sekolah antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja
secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran,
harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metodeyang efektif dan
bervariasi.
Proses pembelajaran juga harus memperhatikan
minat dan kemampuan peserta didik.Dalam proses pendidikan Islam, metode
mempunyai kedudukan yangsangat penting untuk pencapaian tujuan karena ia
menjadi sarana dalammenyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam
kurikulum. Tanpa metode,suatu materi pelajaran tidak dapat terproses secara
efektif dan efisien dalamkegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan
yang diharapkan.
Penggunaan
metode yang tepat akan sangat menentukan efektifitas danefisiensi pembelajaran.
Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode lain yang
berpusat pada guru, serta lebih menekankan padainteraksi dengan peserta didik.
Penggunaan metode yang bervariasi akan sangatmembantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Pengalamanbelajar di sekolah harus fleksibel dan
tidak kaku, serta perlu menekankan padakreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan
dan pengarahan ke arah kedewasaan.[2]
Metode
pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambatkelancaran proses belajar
mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuangsia-sia. Oleh karena itu,
metode yang diterapkan seorang guru akan berdaya danberhasil guna jika mampu
dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan.Dalam proses
pendidikan Islam, metode yang tepat guna apabilamengandung nilai-nilai
intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran
dan secara
fungsional dapat dipergunakan untuk merealisasikan nilai-nilai idealyang
terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum, dantujuan
pendidikan Islam mengandung relevansi dan operasional dalam prosespembelajaran.
Oleh
karena proses pendidikan mengandung makna internalisasidan transformasi
nilai-nilai Islam ke dalam pribadi manusia didik sebagai upayauntuk membentuk
pribadi muslim yang beriman, bertakwa, dan berilmupengetahuan.Sebagai salah
satu komponen operasional ilmu pengetahuan Islam, metodeharus bersifat
mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan pendidikan yanghendak dicapai
melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan formalmaupun nonformal.
Dengan demikian menurut ilmu pendidikan Islam, suatumetode yang baik harus
memiliki karakter dan relevansi yang senada dengantujuan pendidikan Islam.Ada
tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yanghendak
direalisasikan melalui metode yang mengandung karakter dan
relevansitersebut.Pertama, membentuk peserta didik menjadi hamba Allah yang
mengabdikepada-Nya semata.Kedua,bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk
Al-Qur'an.Ketiga,berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran
Al-Qur'an yang disebut pahala dan siksaan.[3]
Berdasarkan
pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang
meningkatkan kreativitas siswa, Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan
metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.
Dengan demikian, suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Pada zaman
sekarang ini, yang kita ketahui banyak sekali guru yang telah banyak menyandang
sebagai guru berpotensi, maka mereka pun di tuntut untuk menciptakan model
pembelajaran yang menyenangkan agar PBM di kelas tidak terlihat monoton. Maka
dari situlah akan terlihat hasil belajar siswa, dengan metode pembelajaran yang
di pakai seorang guru.
Dari metode yang dipakai maka di
sesuaikan oleh karakteristik siswa di kelas, agar tujuan yang di inginkan akan
tercapai, dan siswa pun dapat merasakan betapa tidak sulit nya dalam belajar di
kelas.
Mata
pelajaran siswa pun berbagai macam pelajaran salah satu nya adalah pendidikan
agama islam salah satu nya adalah
Akidah-akhlak.
Melihat fenomena yang terjadi di
madrasah tersebut, maka peneliti
tertarik mengadakan
penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis huruf hiaiyah dengan
judul,: “EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE ROLLE
PLAYING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI AKIDAH-AKHLAK SISWA DI MTS AL-AJHARIYAH “
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar
belakang masalah maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut
:
1. Penggunaan PENGGUNAAN METODE ROLLE
PLAYING
2. Pemahaman
materi akidah-akhlak di MTS
AL-AJHARIYAH
3. Efektifitas
penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi
Akidah-Akhlak di MTS
AL-AJHARIYAH
C. Fokus penelitian
Dengan menggunakan Identifikasi Masalah
Diatas , sehubung dengan masalah yang terkait dengan Efektifitas penggunaan
metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH“, maka dengan ini
peneliti memfokuskan sebagai berikut :
1. Penggunaan
metode Rolle Playing
2. Pemahaman
materi Akidah-Akhlak di MTS
AL-AJHARIYAH
D. Rumusan Masalah
Dilihat
dari Fokus Masalah di atas, Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi
Akidah-Akhlak di MTS
AL-AJHARIYAH?
2. Bagaimana cara meningkatkan pemahaman
materi akidah-akhlak di MTS AL-AJHARIYAH?
3. Bagaimana efektifitas penggunaan
metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
Perumusan Masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1. untuk
mengetahui cara Efektifitas penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan
pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS
AL-AJHARIYAH
2. untuk
meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH
F. Manfaat
penelitian
Manfaat
penelitian yang di harapkan sebagai berikut :
1.
Secara
teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam Pendidikan Agama Islam, khususnya tentang meningkatkan
pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS
AL-AJHARIYAH
2. Secara
praktis
Manfaat
penelitian yang di harapkan sebagai berikut :
· Bagi
peserta didik MTS AL-AJHARIYAH
1. Kompetensi
peserta didik dalam mata pelajaran Akidah-Akhlak dapat dicapai.
2. Hasil
belajar peserta didik di MTS AL-AJHARIYAH dalam pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH.
3. Penggunaan
metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH.
· Bagi
Guru MTS AL-AJHARIYAH
1. Adanya
inovasi dalam penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan pemahaman
materi Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH
2. Untuk
memudahkan Guru PAI dalam penggunaan metode Rolle Playing dalam meningkatkan
pemahaman materi Akidah-Akhlak di MTS
AL-AJHARIYAH.
3. Untuk
mencapai satu tujuan yang di inginkan sesama guru PAI dalam meningkatkan pemahaman
materi Akidah-Akhlak di MTS
AL-AJHARIYAH
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Penegrtian Metode Role
Playing
Metode
Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan.
B.
Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut
Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:
(a) menerangkan
suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan
pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada
diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak;
(b) melatih
anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
masalah-masalah sosial-psikologis; dan
(c) melatih anak-anak agar mereka dapat
bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta
masalahnya.
C.
Langkah-langkah model pembelajaran role playing
Langkah-langkah
model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa
untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian
kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya,
kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil
kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.
D.
Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing
Bermain peran
pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang
ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing
peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap
masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain
dalam melakukan permainan peran
Role playing
adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus
melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran
terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role
Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan
peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role
playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan
praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama
teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip
pembelajaran PKn standar kompetensi memahami kebebasan berorganisasi, dan
menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi
kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara
terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan
berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih
mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam
pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses
pembelajaran tidak mungkin terjadi
Sementara itu,
sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang
dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan
semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing
melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga,
role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada
dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia
kita (Bobby DePorter, 2000: 12)
E.
kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan
Metode Role Playing
Kelebihan metode
Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan
untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar
menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini
adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas
mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan
merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
3) Guru dapat
mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
4) Dapat
berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat
menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias
6) Membangkitkan
gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat
menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
8) Dimungkinkan
dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka
kesempatan bagi lapangan kerja.
Kelemahan
Metode Role Playing
Hakekatnya
sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada kelebihan
dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara
dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain
kelebihan terdapat kelemahan.
Kelemahan metode
role palying antara lain:
1. Metode
bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2. Memerlukan
kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.Dan ini
tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan
siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan
tertentu.
4. Apabila
pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja
dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran
tidak tercapai.
5. Tidak semua
materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
B. Pengertian pembelajaran akidah-akhlak
Kata hakikat
dalam Kamus Besar Bahasa Indonenesia (2001 : 383) bisa diartikan intisari atau
dasar atau kenyataan yang sebenarnya /sesungguhnya. Jika dihubungkan dengan
pembelajaran aqidah akhlak bisa diartikan apa intisari atau dasar pembelajaran
aqidah akhlak.
Istilah
pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 :17) diartikan proses,
cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dalam kaitannya
dengan hakikat pembelajran aqidah akhlak adalah bagaimana sebenarnya intisari
aqidah akhlak dan bagaimana cara atau proses untuk mempelajarinya. Oleh karena
itu pembelajaran mempunyai beberapa aspek. Jika dihubungkan dengan proses
belajar mengajar maka aspek yang perlu ada dalam proses adalah berkaitan dengan
bagaimana cara merencanakan pembelajaran aqidah akhlak, materinya apa,
sterateginya, medianya, langkah-langkahnya dan bagaimana mengevaluasinya.
Selanjutnya
istilah aqidah menurut kamus Al Munawir dalam Ilyas (1995 : 1) berasal dari
bahasa Arab yang berasal dari kata ‘aqada- ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan, yang
berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh, setelah terbentuk menjadi kata
‘aqidah berarti keyakinan, dan selanjutnya diartikan keyakinan itu tersimpul
dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Tidak
ada manusia yang tidak mempunyai aqidah atau keyakinan, semuanya mempunyai
keyakinan hanya saja keyakinannya itu apa ?, keyakinan pada dewa, pada tiga
tuhan, atau bahkan keyakinan bahwa tuhan tidak ada, itupun juga keyakinan.
Yang
dimaksud dengan hakikat pembelajaran aqidah disini adalah keyakinan Islam atau
keyakinan pada Allah, artinya bagaimana cara atau proses mengajar manusia agar
mempunyai keyakinan Islam atau keyakinan kepada Allah yang kuat. Karena aqidah
ini adalah fondaasi dari ajaran Islam, jika aqidahnya atau keyakinannya kuat
maka dia akan mudah untuk menjalankan ajaran Islam yang lain.
Oleh
karena yang dipelajari adalah aqidah Islam, disini pengertian aqidah menurut
salah satu pendapat yaitu menurut al Banna dalam Ilyas (1995 :1) adalah
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu-raguan. Jadi aqidah disini dimaksudkan adalah keyakinan yang tidak
bercampur keraguan. Jika dikaitkan dengan hakikat pembelajaran aqidah adalah
bagaimana intisari pelajaran tentang keyakinan dalam Islam dan bagaimana cara
atau proses untuk mempelajarinya.
Selanjutnuya
istilah akhlak. Menurut kamus Al Munjid dalam Asmaran (1992 : 1) kata akhlak
berasal dari bahasa arab yang bentuk jamaknya khulq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Oleh para ahli ilmu akhlak istilah itu
dianggap belum tepat, maka menurut mereka yang lebih tepat adalah menurut Al
Ghazali dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 : 53) khulq itu berarti
bentuk kejadian dalam hal ini yang dimaksaud bentuk batin/psikis seseorang.
Selanjutnya dijelaskan disitu menurut Al Ghazali akhlak adalah suatu istilah
tentang bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat
atau bertingkah laku, bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula suatu
pertimbangan.
Mengapa tanpa pertimbangan atau pemikiran?
karena dia sudah menjadi sifat atau sesuatu yang melekat, hal itu karena sudah
menjadi kebiasaan, bukan berarti perbuatan yang tak difikirkan tetapi sudah
nmenjadi darah daging, dan itu bisa baik dan bisa buruk tergantung proses
pembiasaan yang didapatkan dalam hidupnya, Oleh karena itu dalam tim proyek
pembinaan agama Islam (1985 : 55)
Pembelajaran akhlak berarti pembelajaran
tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduknya atau
tingkah lakunya, didalam pelaksanaan pembelajaran berarti bagaimana proses
kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak
baik, artinya orang yang diajarkan punya bentuk batin yang baik menurut ajaran
Islam dan nampak dalam perilakunya sehari-hari, atau dalam bentuk sederhana
adalah bagaimana cara orang berakhlakterpuji.
Menurut
ajaran Islam Jadi hakikat pembelajaran aqidah akhlak adalah apa sebenarnya
intisari atau dasar dari keyakinan dan perilaku (yang berdasarkan bentuk batin)
yang baik menurut ajaran Islam dan bagaimana cara atau proses manusia untuk
mempelajarinya, agar manusia memahami ajaran itu dengan baik. Jika
disederhanakan lagi maka program ini dimasudkan adalah bagaimana agar mahasiswa
mengetahui dan memahami apa sebenarnya dasar atau intisari dari ajaran tentang
keyakinan dan perilaku yang baik dalam ajaran Islam, serta bagaimana proses
atau cara untuk mengajarkannya kepada siswa.
2.
Konsep dasar materi aqidah akhlak
Konsep
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 589) adalah rancangan atau
ide,/pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Jadi pengertian
tentang sesuatu termasuk juga konsep, tetapi konsep lebih luas dari pengertian,
karena dia juga bisa berarti ide tentang sesuatu, ide itukan luas, atau
rancangan, rancangan itu juga luas, jadi pengertian sudah termasuk konsep
tetapi konsep tidak hanya pengertian tetapi lebih luas lagi. Oleh karena itu
selanjutnya akan dijelaskan tentang pengertian mengenai materi aqidah akhlak
dan hal-hal yang berkaitan dengan materi aqidah akhlak.
a.
Pengertian dari pembelajaran Aqidah
Akhlak
Ajaran
Islam secara garis besar ada tiga menurut Syihab (1996 ) yaitu aqidah,
syari’ah, dan akhlak. Atau dalam hal ini biasa digunakan istilah yang
bermacam-macam. Untuk istilah aqidah biasa digunakan istilah, Tauhid, Ilmu
Kalam ,Ilmu Ushuluddin, Theologi, seperti dikatakan Madjid (1995 : 202)
Jenis-jenis penyebutan lain ilmu kalam yaitu
ilmu aqa’id (yakni ilmu akidah-akidah yakni simpul-simpul/kepercayaan, Ilmu
Tawhid (Ilmu tentang keMaha Esaan (Tuhan)), dan ilmu Ushul al-Din (Ushuluddin
yakni ilmu pokok-pokok agama)). Untuk istilah syari’ah biasa digunakan istilah
fiqh, ibadah,,muamalah dan untuk istilah akhlak biasa digunakan istilah tasauf
dan lain sebagainya.
Atau Menurut Nurkholis Madjid (1995 )untuk
ketiga istilah ini biasa digunakan istilah bagaimana cara mengetahuinya dan
mengembangkannya dengan istilah ijtihad, mujtahid dan mujahadah.
Pada
modul ini yang akan dibahas yaitu dua saja aqidah dan akhlak. Untuk
sekolah-sekolah tinggi biasa digunakan istilah ini secara sendiri-sendiri dan
itu biasanya menggambarkan keluasan pembahasannya, Ilmu Kalam biasanya
digunakan untuk penyebutan mata kuliah bagi mereka yang belajar tentang
ketuhanan di perguruan tinggi, Ushuluddin lebih luas lagi biasanya istilah ini
digunakan untuk salah satu bagian dari jurusan atau fakultas yang ada
diperguruan tinggi, Tauhid biasanya digunakan untuk belajar tentang ketuhanan
yang saederhana, dan aqidah biasanya digunakan untuk sekolah-sekolah dari
tingkat dasar sampai tingkat menengah. Bahkan di sekolah-sekolah yang
disebutkan tadi ajaran Islam tadi digabungkan dengan ajaran lain yaitu akhlaq.
Oleh
karena itu disini akan dibahas tentang dua ajaran tadi yaitu aqidah dan akhlak.
Kata
Aqidah berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan, yang dimaksud disini
adalah ikatan yang kuat pada Allah, Jadi fondasi awal dari aqidah ini adalah
kata Laa Ilaaha Illa Allah ( TIdak ada atuhan selain Allah).
Menurut Imaduddin Abdurrahim mengatakan adalah “ Sesuatu yang paling kita pentingkan
dalam hidup, sehingga rela melakukan apa saja untuk sesuatu yang dipentingkan
itu “.
Jadi
menurutnya Ilaah adalah Sesuatu yang paling dipentingkan, apa yang kita
pentingkan dalam hidup ini?, maka menurutnya banyak hal dalam hidup kita yang
menjadi tuhan kita dalam kenyataannya iyaitu misalnya harta, tahta ,
wanita/laki-laki, selama hal tersebut paling kita pentingkan dalam hidup kita,
sehingga kita menghalalkan segala cara untuk hal-hal tersebut.
Oleh
karena itu menurut Imaduddin seharunya dalam hidup kita seharusnya “Allah” lah
yang harus kita pentingkan dalam hidup kita, sehingga kita rela melakukan apa
saya untuk memperoleh keridhaan Allah. Bukan bderarti kita tidak boleh mencari
harta, tahta dan lain sebagainya , tetapi hendaknya segala yang kita inginkan
itu seharusnya tidak bertentangan dengan keinginan Allah dan untuk mencari
ridha Allah.
Melihat
pengertian di atas aqidah berkaitan dengan keyakinan, keyakinan dalam agama
Islam adalah Laa ilaaha Illa Allah.Jadi konsep materi aqidah adalah kita
mengajarkan kepada siswa mengenai keyakinan, bagaimana mengajarkan konsep
keyakinan kepada siswa, berarti yang lebih ditonjolkan adalah ranah afektif atau
pembentukan sikap.
Selanjutnya
kita membahas mengenai pengertian akhlak. Akhlak berasal dari kata khulq .
Menurut
Al Ghazali Khuluq aartinya bentuk atau kejadian, yanag dijaksud adalah bentuk
“batin”, sebenarnya ketika kita belajar akhlak sebenarnya sedang mempelajari
“bentuk batin” atau “sesuatu yang di dalam”, tetapi apakah kita bisa melihat
bentuk batin tersebut ?, tentu sulit kecuali orang yang sudah arif.
Oleh
karena itu menurut Al Ghazali pengertian akhlak adalah bentuk batin yang
menjelma dalam tingkah lakuu” atau secara lengkap dia mengatakan pengertian
akhlaq adalah …Jadi sebenranya ketika kita melihat perilaku seseorang belum
tentu itu menggambarkan bentuk batin sebenarnya . Oleh karena itu menurut Ahmad
Amin (1995 : 62)
Sebagian orang menyatakan pengertian akhlaq
adalah “Kebiasaan kehendak” , kehendak itu bila membiasakan sesuatu, dan bila
membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Maka kebiasaannya itu
disebut akhlak,atau kehendak yang dibiasakan, kehendak merujuk pada aspek dalam
atau biasa disebut juga aspek esoteris dan kebiasaan merujuk pada aspek luark
atau yang biasa disebut aspek eksoteris. Oleh karena itu jika kehendak saja itu
bukan akhlak, atau kelakuann saja tapi tanpa kesadaran itu bukan akhlaq
harusnya ada keduanya.
c. Karakter/Ciri Khas materi aqidah akhlak
Sebenarnya
ajaran Islam secara praktis sulit untuk dibedakan, ketika kita melakukan suatu
perbuatan atau ibadah, maka mencakup banyak aspek disitu, disitu ada aspek
aqidah, fiqh, dan akhlak. Namun secara teroritis atau keilmuan hal itu bisa
dibagi-bagi. Semua materi PAI yang empat itu yaitu Aqidah akhlak, fiqh, SKI,
dan Al Qur’an Hadits mempunyai karakter terseendiri . Demikian juga dengan
aqidah akhlak, apa sebenarnya yang ingin dicapai ketika kita melakukan
pembelajaran aqidah akhlak. Yang ingin disentuh dalam pembelajaran aqidah
akhlak adalah aspek dalam (hati), pembentukan sikap sehingga ketika seseorang
melakukan perbuatan bukan seperti robot, diperintah atau ditekan sesuai tombol
tetapi dia melakukan sesuatu berdasarkan kesadaran yang telah tertanam didalam
hatinya, sehingga dalam situasi apapun bisa tetap berakhlak baik, karena dia
melakukan setelah di masukkan dalam hati dan disadarinya bahwa perbuatan itu
memang sangat baik dilakukan. Oleh karena itu dalam tulisan-tulisannya Al
Ghazali selalu mengatakan bahwa untuk
terciptanya akhlak yang baikl maka perlu melalui tiga tahapan yaitu:
1.Hal
2.Keadaan
3.Perbuatan
Menurutnya akhlak akan terjadi apabila seseorang itu memasukkan dulu konsep Akhlak ke dalam hati dan fikirannya, kemudian menjadi keadaan dalam jiwanya, selanjutnya dia melakukannya dan terus melakukannya, sehingg hal itu sudah mendarah daging sehingga menjadi sifatnya dan kebiasaannya, OIeh kearena itu Al Ghazali mengatakan bahwa pembinaan akhlak itu dimulai sejak kecil, dia bukan proses instant atau “sim salabim”, tapi berproses. Jadi yang lebih utama adalah hatinya yang dididik. Hal ini sejalan dengan dakwah nabi Muhammad, bahwa kurang lebih tiga belas tahun beliau mendidik aqidah.Sehingga karena hatinya telah terdidik dengan baik maka selanjutnya kesadaran itu menjelma dalam perilaku sesuai dengan ajaran Islam dan menjadikan ummat Islam kuat.
2.Keadaan
3.Perbuatan
Menurutnya akhlak akan terjadi apabila seseorang itu memasukkan dulu konsep Akhlak ke dalam hati dan fikirannya, kemudian menjadi keadaan dalam jiwanya, selanjutnya dia melakukannya dan terus melakukannya, sehingg hal itu sudah mendarah daging sehingga menjadi sifatnya dan kebiasaannya, OIeh kearena itu Al Ghazali mengatakan bahwa pembinaan akhlak itu dimulai sejak kecil, dia bukan proses instant atau “sim salabim”, tapi berproses. Jadi yang lebih utama adalah hatinya yang dididik. Hal ini sejalan dengan dakwah nabi Muhammad, bahwa kurang lebih tiga belas tahun beliau mendidik aqidah.Sehingga karena hatinya telah terdidik dengan baik maka selanjutnya kesadaran itu menjelma dalam perilaku sesuai dengan ajaran Islam dan menjadikan ummat Islam kuat.
Oleh
karena itu pendidikan aqidah akhlak ini adalah pendidikan yang lebih menekankan
aspek sikap, lebih ingin mencapai ranah afektif, tidak hanya kognitif atau
psikomotor saja, karena sikap yang diutamakan,. Mungkin berbeda dengan fiqh
yang lebih menekankan aspek psikomotorik ,
Berdasarkan
hal itu sebenarnya dalam pembelajaran aqidah akhlak yang lebih ditutamakan
adalah siswa memahami konsep akhlak yang akan kita ajarkan, apa sih “benda” itu
kemudian jika yang diajarkan itu akhlaq terpuji maka dampak posifitifnya, jika
perbuatan itu menguntungkan kita akan melakukannya, kalau tidak kita tidak akan
melakukannya, karena manusia tidak mau rugi, baik dunia maupun akhirat.
Selanjutnya karena itu bagus maka kita ingin tahu bagaimana cara melakukannya,
demikian juga jika akhlak tercela, bagaimana konsepnya, kemudian dampak
negatifnya dan cara menghindarinya..
Maka jika dianalisa maka ketika mengajarkan
konsep akhlak itu lebih mencapai tujuan dari aspek kognitif, selanjutnya dampak
negatif atau positif suatu perbuatan, lebih baik kita sentuh hatinya, hal ini
lebih menekankan aspek afektif dan caranya bagaimana lebih pada psikomotorik,
tetapi kita ingin agar dia mempunyai sikap yang baik untuk kehidupannya
sekarang dan masa- masa yang akan datang.
Konsep
pembelajaran aqidah dan akhlak ini sasaran pengajarannya yang utama adalah
keadaan jiwa, seperti dikatakan dalam tim proyek pembinaan agama Islam (1985 :
56) sasaran pengajaran akhlak sebenarnya adalah keadaan jiwa, tempat berkumpul
segala rasa, pusat yang melahirkan berbagai karsa, dari sana kepribadian
terwujud. Disana iman terhunjam, iman dan akhlak berada dalam hati, keduanya
dapat bersatu mewujudkan tindakan, bila iman yang kuat mendorong kelihatanlah
gejala iman, bila akhlak yang kuat mendorong, kelihatanlah gejala akhlak,
dengan demikian tidak salah kalau pada sekolah rendah kedua bidang pembahasan
ini dijadikan satu bidang studi yang dinamai bidang studi “aqidah akhlak”.
Melihat
hal itu kita ketahui bahwa yang lebih diutamakan dalam pembelajaran aqidah
akhlak adalah pembelajaran hati, oleh karena itu pembelajarannya baik strategi,
evaluasi dan lain sebagainyanya disesuaikan dengan karakter materinya.
d. Mata
Pelajaran Akidah-Akhlak di MTS AL-AJHARIYAH
Mata pelajaran Akidah-Akhlak merupakan mata pelajaran yang mengarah kepada
pemahaman dan penghayatan isi yang terkandung dalam Akidah-Akhlak yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu dalam perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah
SWT sesuai dengan tuntutan Al-Quran dan Hadits.
Mata pelajaran Akidah-Akhlak adalah salah satu mata pelajaran dalam Pendidikan Agama
Islam (PAI) di MTS AL-AJHARIYAH. Aspek yang terkandung di dalamnya adalah
berfokus pada Pemahaman materi Akidah-Akhlak yang baik
dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan
isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Metodologi
Penelitian
·
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTS
AL-AJHARIYAH
·
Waktu penelitian
Waktu penelitian ini
dilakukan di MTS AL-AJHARIYAH selama 3 Bulan terhitung dari bulan November
sampai januari 2014
B.
Metode
penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
menyususn proposal ini yaitu dengan menggunakan metode kualitatif
naturalistik,yaitu metode yang menghasilkan data deskriftif.data tersebut di
dapatkan dari naskah, wawancara, catatan lapangan , alat perekam dan dokumen resmi lainnya.
C.
Data
dan Sumber Data
a.
Data
Data
penelitian ini adalah kualitatif data berwujud kata-kata dan tindakan yang
dikumpulkan dalam beberapa cara :
1.
Data berwujud kata-kata dikumpulkan melalui
wawancara.
2. Data berupa tindakan di peroleh dari
perilaku atau sikap sumber data.
3.
Data yang tertulis dilihat dari dokumen-dokumen.
b. Sumber Data
Dalam
pengumpulan sumber data,penulis mengambil keterangan dari beberapa responden
yang ada di MTS AL-AJHARIYAH di
antaranya:
a. Guru
Pendidikan Agama Islam
b. Siswa
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis akan melakukan
observasi dengan tiga siswa.
A. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk
mengetahui data-data dilapangan maka dipergunakan beberapa teknik dalam
pengumpulan data, yaitu menggunakan
interview (wawancara), observasi, dan studi dokumentasi, lebih lanjut akan
diuraikan sebagai berikut :
a. Wawancara
wawancara
merupakan salah satu pengumpulan data dengan jalan tanyajawab sepihak yang
dikerjakan berdasarkan tujuan penelitian, bisa cara bertatap muka antara
pewancara dan pihak yang diwawancara dan meperoleh data berupa kata-kata. Yang
di dapatlan dari guru PAI dan siswa di MTS AL-AJHARIYAH
b. Obsevasi
Observasi
yaitu pengamatan melalui kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek.
Pengamatan yang penulis gunakan ini adalah pengamatan adalah secara tersembunyi
(covert) dan pengamatan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan suatu yang alamiah dan data yang diperoleh valid serta realible.
Pengamatan tersebut penulis lakukan pada latar alamiah/paradigma alamiah (Natural
Inquiry) dengan melalui berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi dan
kondisi ; dimana, kapan, dan kepada siapa penga,matan ini ditujukkan.Pengamatan
yang dilakukan di kelas, bersama guru PAI , siswa dan peneliti.
c. Studi
Dokumentasi
Data
dokumtasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa (proses kegiatan), yang
isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu, serta
dengan sengaja untuk menyimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa
tersebut.
Dilihat
dari dokementasi metode Rolle Playing dilaksanakan di kelas pada mata pelajaran
Akidah-Akhlak.
E.
Teknik
Analis Data
Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini memakai tiga alur kegiatan
yang terjadi secara kebersamaan, yaitu :
a. Reduksi
data yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, pengabsahan, dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis merupakan suatu bentuk analisis
yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga ditarik kesimpulan
data dan verivikasi.
b. Penyajian
data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinana adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian meliputi berbagai jenis
matrik, jaringan dan bagian semua dirancang guna menggabungkan informasi yang
tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu dan mudah untuk diraih. Dengan
demikian dapat dilihat apa yang terjadi dan dapat menentukan apakah akan
ditarik kessimpulan atau terus melakukan analisis data tersebut.
c. Menarik
kesimpulan yaitu merupakan alur ketiga dalam menganalisis data,setelah data di
proses dengan mereduksi dan menyajikan data ,kemudian di tarik kesimpulannya.
d. Pengecekan
keabsahan data
Untuk
menguji keabsahan data-data penelitian ini,digunakan beberapa cara antara lain:
1.
kepercayaan (kredibilitas):pemeriksaan datanya dilakukan dengan perpanjangan
keikutsretaan sehingga tingkat kepercayaan pemuannya dapat di capai.
2.
keteralihan yaitu konsep validitas itu menyatakan bahwa suatu penemuan dapat
berlaku atau diterapkan pada semua konteks pada populasi yang sama atas dasar
penemuan yang di peroleh pada sampel yangb secara representative memilki
populasi itu.
3.
Triangulasi yaitu tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memenfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.tekhnik triangulasi yang paling banyak di gunakan ialah
pemeriksan melalui sumber lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Idris,
M. M. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan
Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta, Ar-
Ruzmedia.
Ø Mohammad
Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. Cet. III; Jakarta:
Raja
Grafindo Persada, 2000.
Ø Ramayulis.Metodologi
Pengajaran Agama Islam.(Jakarta:Kalam
Mulia,2001)
Ø Zuhairini,dkk.Metodik
Khusus Pendidikan Agama.(Malang:Biro
Ilmiah
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel ,1983).
Ø Yusuf
M. Kadar. 2009. Studi Al-Quran.
Jakarta : Amzar
[1]
Muhaimin, Nuansa
Baru Pendidikan Islam : (Mengurai Benang Kusut DuniaPendidikan), (Jakarta: Raja
Grafindo, 2006), hlm. 163
[2]
E.
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet-Ketujuh, 2008),
hlm. 107.
[3] Arifin, Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner , (Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet-Pertama,
2003), hlm. 144.
salam kenal : terimakasi saudara atas referensinya sudah membantu saya dalam menyelesaikan tugas kuliahku.
BalasHapussangat bermanfaat untuk dijadikan rujukan buat penulisan proposal, thanks,,,
BalasHapusMatur nuwun. Semoga berkah dan mendapat pahala. Amin.
BalasHapusbang.. ma'p copas, cuma sebagai cntoh untk ngerjain proposal skripsi.. semga Allah mmberi pahala yg super buat abangnya :-)
BalasHapusAlhamdulliah jika bermanfaat, mohon maaf jika masih banyak kekurangan. :)
BalasHapusSyukron kawan atas informasinya.
BalasHapusTerima kasih mas, sangat bermanfaat. Barokallah
BalasHapusAlhamdulillah bermanfaat :)
BalasHapusalhamdulillah,terimakasih. sangat bermanfaat.
BalasHapusterima kasih sangat membantu
BalasHapus