Rabu, 16 Juli 2014

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI KUANTITATIF

PROPOSAL SKRIPSI KUANTITATIF
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN SEKOLAH  DENGAN HASIL BELAJAR SISWA
(Penelitian di SMAN 1 Cibitung – Bekasi)


1.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah. Menurut Suharsimi Arikunto (1997:4) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan ada lima faktor yang berpengaruh yaitu: (1) guru dan personil lainnya, (2) bahan pelajaran, (3) metode mengajar dan sistem evaluasi, (4) sarana penunjang dan (5) sistem administrasi. Kelima faktor tersebut di lingkungan sekolah.
Menurut Suparlan (2008:71) sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen utama yaitu guru,siswa dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dan komponen-komponen tersebut berada di lingkungan sekolah agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, social, maupun fisik-motoriknya.
Seperti halnya lingkungan keluarga, demikian halnya dengan sekolah. Pengaruh lingkungan terhadap hasil belajar siswa di sekolah cukup besar, karena sekolah adalah lingkungan social kedua setelah keluarga yang akan dikenal oleh siswa.
Lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan  sikap dan pengembangan potensi siswa. Dalam lingkungan sekolah, kita tentu banyak menjumapai tentang slogan-slogan yang menempel di hampir setiap koridor di skolah, diantaranya “bersih pangkal sehat”, “kebersihan adalah sebagian dari iman”, “jagalah kebersihan”, “rajin pangkal pandai”, malas pangkal bodoh”. Tapi apakah slogan-slogan tersebut telah menggugah warga yang ada di lingkungan sekolah untuk mengamalkannya? Seringkali kita melihat murid-murid yang membuang sampah sembarangan, baik itu berupa kertas-kertas bekas maupun bungkus-bungkus bekas makanan jajanan mereka.
Sebagai warga sekolah tentunya tidak akan nyaman melihat sampah tersebut berserakan dimana-mana. Sampah juga dapat mencemari lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas, selain itu kotornya lingkungan sekolah juga dapat menjadikan suasana belajar  menjadi tidak nyaman dan tidak efektif yang dampaknya akan berpengaruh dengan hasil belajar siswa.
Oleh sebab itulah memilih sekolah yang baik untuk hasil belajar siswa yang baik pula tidak semata-mata dilihat dari gedung sekolahnya yang mewah, melainkan bagaimana lingkungan sekolah yang dirasakan nyaman oleh siswa sehingga memberi pengaruh positif untuk peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik itu diperlukan metode pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kehidupan sehari-hari yang akrab dengan kita atau istilahnya kontekstual, sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat terpenuhi dengan jumlah pengukuran hasil belajar di atas standar yang ada, selain metode ada juga yang menggunakan LKS Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. 
Pengertian Hasil Belajar,yaitu Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terdorong untuk mengadakan suatu penelitian di sekolah, adapun penelitian ini diberi judul “Hubungan Antara Lingkungan Sekolah Dengan Hasil Belajar Siswa di SMAN 1 Cibitung”

2.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul yang diajukan di atas maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan hasil belajar siswa?
2. Apakah relasi guru dengan siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa?
3. Apakah relasi siswa dengan siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa? Dan
4. Apakah disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah juga berhubungan dengan hasil belajar siswa?

3.      Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.      Pembatasan Masalah
Setelah memperhatikan banyaknya faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekolah pada identifikasi masalah di atas, maka penelitian tentang lingkungan sekolah ini dibatasi permasalahan sebagai berikut:
Ø  Lingkungan Sekolah
Ø  Hasil Belajar Siswa
2.      Perumusan Masalah
a.       Bagaimana Lingkungan sekolah di SMAN 1 Cibitung?
b.      Bagaimana Hasil Belajar Siswa di SMAN 1 Cibitung?
c.       Adakah hubungan antara lingkungan sekolah dengan hasil belajar siswa di SMAN 1 Cibitung?

4.      Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
a.       Bagi Fakultas, agar bisa mencetak calon-calon guru yang profesional di masa depan yang bisa menciptakan lingkungan sekolah yang baik.
b.      Bagi Pengembangan Ilmu,agar bisa lebih memperhatikan betapa pentingnya pengaruh lingkungan sekolah terhadap prestasi dan hasil belajar siswa.
c.       Bagi Masyarakat, agar bisa memilih sekolah yang baik untuk mendukung prestasi dan hasil belajar siswa, bukan hanya sekedar melihat gedung sekolahnya yang mewah, melainkan bagaimana lingkungan sekolah yang dirasakan nyaman oleh siswa sehingga memberi pengaruh positif untuk peningkatan hasil belajar siswa.

d.      Kerangka Teori
a.  pengertian Lingkungan Sekolah
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar. Lingkungan inilah yang secara langsung/tidak langsung dapat mempengaruhi karakter/sifat seseorang. Lingkungan secara sempit diartikan sebagai alam sekitar diluar diri manusia atau individu sedangkan secara arti luas, lingkungan mencakup segala material dan stimulus di dalam dan diluar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural. Secara fisiologis, lingkungan meliputi kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap yang diterima oleh individu mulai sejarah sejak dalam kondisi konsensi, kelahiran, sampai kematian.
Secara sosio kultural, lingkungan mencakup segenap stimulus, interaksi, dan dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain.[1]
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.[2]
“Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatanterencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas” (Winkel,2009:28). Definisi lain menyebutkan bahwa “sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pelajaran kepada murid-muridnya” (Oemar Hamalik,2003:5). Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan.
Kualitas guru merupakan faktor yang penting pula. Kualitas guru yang dimaksud meliputi sikap & kepribadan guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, & sebagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Ngalim Purwanto,2006:105)  keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. “Keadaan gedung sekolahnya & letaknya,serta alat-alat belajar yang juga ikut menentukan keberhasilan belajar siswa” (Muhibbin Syah,2006:152).
“Letak gedung sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat dengan kebisingan/jalan ramai&memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan ilmu kesehatan sekolah” (Sumadi Suryabrata,2006:233) lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi & teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang menunjukkan sikap & perilaku yang simpatik, misalnya rajin membaca & berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, lingkungan sekolah meliputi:
·         Lingkungan fisik sekolah seperti sarana & prasarana belajar, sumber-sumber belajar,& media belajar.
·          Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temanya, guru-gurunya, & staf sekolah yang lain.
·          Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah & pelaksanaan kegiatan belajar mengajar & berbagai kegiatan kokurikuler. (Nana Syaodih Sukmadinah,2004:164)
Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah. Seperti pula dalam bukunya Dimyati & Mudjiono bahwa dalam prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian & peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar -mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan
Hurlock (1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun berprilaku.
Sedangkan Lingkungan adalah “keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu” (perkembangan peserta didik. Syamsu Yusuf L.N. - Nani M. Sugandi. Hal:23)
Menurut Tulus Tu’u (2004:1) lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangan kepada anak didik.
Sedangkan menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDS) lingkungan sekolah diartikan sebagai “lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi yang dapat meresap ke dalam kesadaran hati nuraninya. Tulus Tu’u (2004:11).
Jadi, sekolah adalah lingkungan dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung yang para siswanya dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.
b. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan Menurut Horward Kingsley bahwa : Tiga macam hasil belajar yakni a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikpa dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat disis bahan yangg telah ditetapkan oleh dalam kurikulum.
Pada umumnya hasil belajar dinilai melalui tes. Baik tes uraian maupun tes objektif. Pelaksanaan penilaian bisa secara lisan, tulisan, dan tindakan atau perbuatan.[3]
            Dari evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini yaitu [4] :
1.       Prinsip Keseluruhan
Yang dimaksud dengan evaluasi yang berprinsip keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.
Dalam hubungan ini, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengimplementasikan materi tersebut dalam kehidupannya.
Jika prinsip evaluasi yang pertama ini dilaksanakan, akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.
2.      Prinsip Kesinambungan
Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas. Penilaian yang berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.
3.      Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan “apa adanya”. Istilah apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri tester. Di sini tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih jelek padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu” dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai yang objektif.
Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk dalam suatu evaluasi, kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.
e.       Kerangka Pemikiran
Lingkungan sekolah atau lingkungan pendidikan merupakan lingkungan pedidikan utama setelah keluarga yang bersifat formal dan memiliki tanggung jawab menanamkan nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan untuk memberikan perubahan yang lebih baik pada diri peserta didik. Dan lingkungan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur, serta terencana adalah sekolah.
Jika lembaga sekolah bisa memotivasi siswanya untuk rajin dan giat belajar tentunya tidak akan ada masalah dengan hasil belajar siswa. Seperti pepatah yang sering kita dengar yaitu “rajin pangkal pandai” atau “malas pangkal bodoh”, apakah pepatah-pepatah motivasi seperti ini hanya manjadi hiasan disetiap koridor sekolah tanpa ada yang mengamalkannya? Ini tentu ada yang salah dalam lingkungan sekolah ini. Jika siswa/i mulai malas belajar, maka akan berdampak pada prestasi dan hasil belajar siswa itu sendiri.
Dengan demikian, diduga terdapat hubungan positif anatara lingkungan sekolah dengan hasil belajar siswa.

f.       Metodologi Penelitian
a. Tempat dan Waktu
Penelitian ini di laksanakan :
Tempat : SMAN 1 Cibitung
Waktu   : penelitian berlangsung selama 1 bulan.
b. Tujuan Penelitian
 peneliti membagi tujuan penelitian menjadi 2, yaitu:
·         Tujuan khusus
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan hasil belajar siswa di SMAN 1 Cibitung.
·         Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejauh mana perhatian sekolah,kepala sekolah, guru serta staf-stafnya terhadap lingkungan sekolah.
c. Metode Penelitian
Menurut Sugiono (2004:1) Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud adalah kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematik..Rasional berarti penelitian yang dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia, sedangkan sistematik adalah proses yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat kronologis dan logis.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan korelasional. Korelasional adalah suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus pada penaksiran kovariasi antara variabel yang muncul secara alami. Kata korelasional berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris correlation dan menjadi correlational artinya saling berhubungan atau hubungan timbal balik. Sebuah correlation atau korelasi adalah suatu uji statistik untuk menentukan tendensi atau pola dari dua variable atau lebih atau dua set data yang bervariasi secara konsisten. Dalam ilmu statistika istilah korelasi diberi pengertian sebagai hubungan antara dua variable atau lebih. Hubungan antara dua variabel dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel dikenal dengan istilah multivariate correlation (Creswell, 2008).
 Dalam kasus yang hanya memiliki dua variabel, ini berarti bahwa dua variabel berbagi varian yang sama, atau mereka bervariasi bersama-sama(co-vary). Untuk menentukan bahwa dua variabel bervariasi-bersama (co-vary), memiliki dasar matematika yang agak rumit (Damin, 2002; Creswell, 2008, Johnson, 1996).

d. Teknik Pengumpulan Data
    Dalam proposal ini peneliti menggunakan tekhnik pengambilan data sebagai berikut :
1. Untuk variabel X yaitu Lingkungan Sekolah menggunakan angket.
2. Untuk variabel Y yaitu Hasil Belajar menggunakan dokumentasi atau raport siswa.
e. Populasi dan Sampling
1)      Populasi
·         Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan  karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono. 2005 : 90).[5]
·         Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).
·         Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam. 2003).
·         Populasi ialah semua nilai  baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun  kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Husaini Usman.  2006 : 181)
·         Populasi adalah seluruh individu yang menjadi wilayah penelitian akan dikenai generalisasi” (I.B. Netra, 1974 hal 10).
Jadi Populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.  Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut.  Bahkan satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-lain.
                                  Pada suatu penelitian bila populasinya sangat besar, maka seorang peneliti biasanya memilih sampel dari populasi sebagai wakil.
Populasi obyek penelitian ini adalah seluruh siswa yang terdaftar pada SMAN 1 Cibitung tahun ajaran 2013-2014 terdiri siswa kelas X berjumlah 160 siswa, kelas XI berjumlah 200 siswa, kelas XII berjumlah 150 siswa , jadi jumlah seluruhnya 510 siswa.
Tabel 1.1
Populasi penelitian
NO
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah siswa
Laki-laki
perempuan
1
X
70
90
160
2
XI
90
110
200
3
XII
60
90
150
jumlah

220
290
510

Setelah melihat dari jumlah siswa di SMAN 1 Cibitung yang berjumlah 510 siswa, maka peneliti hanya mengambil sample dari kelas XI, karena dilihat dari jumlah siswanya yang lebih banyak dibanding kelas X dan kelas XII.

Tabel 1.2
NO
kelas
Laki-laki
perempuan
Jumlah
1
XI A
30
38
68
2
XI B
27
40
67
3
XI C
30
35
65

JUMLAH
85
115
200





2)      Sampel
Didalam penelitian ini, menggunkan Simple Random Sampling:
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang paling mudah dilakukan. Dikatakan sederhana (simple) karena pengambilan anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Teknik ini dapat dipakai jika populasi dari suatu penelitian homogen dan tidak terlalu banyak jumlahnya.[6]
  Kemudian peneliti  menggunakan teori Slovin sebagai berikut :
Rumus Slovin:
         N
n = ———
       1 + Ne²
                                        
                          n=      200 : 1+200 = 133.33

Keterangan;
n= ukuran sampel
N= ukuran populasi
  e= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir, misalnya 5%. Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.
Dengan demikian, maka peneliti menggunakan sample yang berjumlah 133 siswa.
            Sehubungan dengan hal itu, I Gusti Bagoes Mantra dan Kasto dalam buku yang ditulis oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (1989), menyatakan bahwa sebelum kita menentukan berapa besar ukuran sampel yang harus diambil dari populasi tertentu, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan[7] yaitu:
1. Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Jika tinggi tingkat homogenitas populasinya tinggi atau bahkan sempurna, maka ukuran sampel yang diambil boleh kecil, sebaliknya jika tingkat homogenitas populasinya rendah (tingkat heterogenitasnya tinggi) maka ukuran sampel yang diambil harus besar. Untuk menentukan tingkat homogenitas populasi sebaiknya dilakukan uji
homogenitas dengan menggunakan uji statistik tertentu.
2. Tingkat Presisi (level of precisions) yang digunakan. Tingkat presisi, terutama digunkan dalam penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional, yakni suatu pernyataan peneliti tentang tingkat keakuratan hasil penelitian yang diinginkannya. Tingkat presisi biasanya dinyatakan dengan taraf signifikansi (α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05 (5%) atau 0,01 (1%), sehingga keakuratan hasil penelitiannya (selang kepercayaannya) 1–α yakni bisa 95% atau 99%. Jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,01 maka ukuran sampel yang diambil harus lebih besar daripada ukuran sampel jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,05.
3. Rancangan Analisis. Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian. Misalnya, kita akan menggunkan teknik analisis data dengan statistik deskripti; penyajian data menggunakan tabel-tabel distribusi frekuensi silang (tabel silang) atau tabel kontingensi dengan ukuran 3X3 atau lebih dimana pasti mengandung sel sebanyak 9 buah, maka ukuran sampelnya harus besar. Hal ini untuk menghindarkan adanya sel dalam tabel tersebut yang datanya nol (kosong), sehingga tidak layak untuk dianalisis dengan asumsi-asumsi kotingensi. Jika kita menggunakan rancangan analisisnya hanya menggunakan analisis statistik inferensial, maka ukuran sampelnya boleh lebih kecil dibandingkan apabila kita menggunakan rancangan analisis statistik deskriptif saja. Dengan kata lain, rancangan penelitian deskriptif membutuhkan ukuran sampel yang lebih besar daripada rancangan penelitian eksplanatif.
4. Alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasn yang ada pada peneliti, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain. (Catatan: Alasan ke-4 ini jangan digunakan sebagai pertimbangan utama dalam menentukan ukuran sampel, sebab hal ini lebih berkaitan dengan pertimbangan peneliti (tanpa akhiran) dan bukan pertimbangan penelitian (metodologi).

f. Teknik Analisis Data
1.      Uji normalitas[8]
Untuk memenuhi syarat-syarat penelitian salah satunya adalah menggunakan uji normalitas kedua variabel tersebut adalah :
                                             ·            Variabel              (KELAS XI A)
                                             ·            Variabel              ( KELAS XI C)
Adapun rumus yang di gunakan adalah uji liliefors, yaitu uji kenormalan yang di lakukan secara parametik dengan menggunakan penaksir rata-rata dan simpangan baku.

1.      Uji homogenitas
Uji homogenitas varians populasi dengan menggunakan uji chi kuadrat.
2.      Uji linieritus data
Analisis data menggunakan teknik analisis :
Uji Korelasi  (R)

g.      Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan
·         H0= bahwa tidak ada hubungan antara lingngan sekolah dengan hasil belajar siswa
·         HI= bahwa ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan hasil belajar siswa.


h.      Sistematika penulisan
Ø  Latar belakang masalah
Ø  Identifikasi masalah
Ø  Pembatasan dan perumusan masalah
Ø  Kegunaan penelitian
Ø  Kerangka teori
Ø  Kerangka pemikiran
Ø  Metodologi penelitian
o   Tempat dan waktu penelitian
o   Tujuan penelitian
o   Metode penelitian
o   Teknik pengemumpulan data
o   Populasi dan sampeling
Ø  teknik analisis data
Ø  hipotesis pemikiran
Ø  sistematika penyusunan


[1] Dalyono, M, 2005, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
[2] Munib, 2005:76
[3] Nana sudjana.  Penilaian hasil proses belajar mengajar. Hal:55
[4] Anas sudijono. Evaluasi Pendidikan. Hal 31
[5] Ibid.
[8] Sugiyono. Metode penelitian kunatitaif. Hal:147

4 komentar: